Bagikan:

JAKARTA - Aksi percobaan penculikan rupanya sudah dua kali terjadi di kawasan SDN 07 Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Sebelumnya, korban penculikan juga pernah dialami oleh murid kelas 4 SD.

Kepala Sekolah SD 07 Pondok Kelapa, Galih Sri Embun Handayani membenarkan maraknya kasus penculikan anak.

"Saya dapat informasi dari guru, anak kelas 4 mengadu kayak diikuti orang. Jadi yang kelas empat juga memberi informasi seperti itu. Kalau korban SA ini sebenarnya tidak sendiri, ada temennya dua. Dia (sempat) dipegang tangan, lalu tendang. Dia sempat teriak, tolong kasih tau pak guru," kata Galih, Senin, 6 Februari.

Galih menjelaskan, kejadian dua kasus penculikan terjadi di jam berbeda. Namun motif pelaku terhadap korban kelas 4 SD, pelaku hanya membuntuti korban.

"Sepertinya begitu (komplotan pelaku menunggu di sekitar area sekolah mencari sasaran penculikan). Jadi setelah kejadian itu (sempat) datang dari Binmas Pondok Kelapa. Saya menceritakan kronologisnya," ucapnya.

Galih meminta pihak orangtua murid menjemput putra dan putrinya langsung ke sekolah dan tidak diwakilkan oleh siapapun.

"Kita punya whatsapp komite, di situ saya wanti - wanti agar orang tua harus menjemput langsung, terutama anak kelas 1, 2 dan 3 harus dijemput. Jangan wakilkan oleh siapapun, misalnya tukang ojek atau siapa pun. Kalau bisa upayakan menjemput sendiri dan itu sudah dilakukan orang tua karena orang tua juga mendengar tentang penculikan," katanya.

Sebelumnya diberitakan, seorang siswi kelas dua sekolah dasar negeri (SDN) 07 berinisial SA nyaris menjadi korban penculikan di Jalan Bojong, Pondok Kelapa, Duren Sawit, Jakarta Timur. Kejadian itu terekam kamera dan viral di media sosial.

Pelaku penculikan diketahui seorang perempuan paruh baya. Kejadian terjadi ketika korban akan mengikuti kegiatan olahraga yang tak jauh dari area sekolah.

"Lagi pengen olahraga ke lapangan, (jalan) sendiri tapi di belakang masih ada dikit - dikit orang. (saya) Dipegang tangannya, terus ditanyain 'ikut tante yuk dek'," kata korban SA kepada wartawan, Senin, 6 Februari.