Bagikan:

JAKARTA - Pelayaran langka oleh dua kapal perang Jerman di kawasan Indo-Pasifik menunjukkan komitmen untuk membuka navigasi, kata laksamana yang bertanggung jawab atas gugus tugas angkatan laut pada Hari Jumat, tetapi menolak untuk mengonfirmasi apakah mereka akan melintasi Selat Taiwan yang disengketakan atau tidak.

"Jalur laut yang aman dan terjamin, terutama dari Asia Tenggara serta ke Eropa dan Amerika, merupakan prasyarat bagi ekonomi yang makmur di semua negara kita," kata Komandan Armada ke-2 Angkatan Laut Jerman yang berbasis di Wilhelmshaven Laksamana Muda Axel Schulz, dalam pidatonya di sebuah resepsi yang diadakan di dek penerbangan Fregat FGS Baden-Württemberg (F222) saat kunjungan pelabuhan di Incheon, Korea Selatan, melansir Reuters 6 September.

Ketika ditanya kemudian apakah gugus tugas akan menyeberangi Selat Taiwan dalam perjalanannya ke pemberhentian berikutnya di Manila, Laksamana Muda Shulz mengatakan kepada wartawan, mengirimkan rencana kapal melalui telegram akan melanggar keamanan operasional.

Sementara AS dan negara-negara lain telah mengirim kapal perang melalui selat sempit itu dalam beberapa minggu terakhir, itu akan menjadi lintasan pertama angkatan laut Jerman sejak 2002, jika dilakukan.

"Tujuan umum dari pengerahan ini adalah untuk menegaskan kembali bahwa Jerman berkomitmen pada tatanan internasional berbasis aturan, tetapi pada saat yang sama untuk mempraktikkan dan bertukar ide dengan mitra dan sekutu dalam semangat kerja sama yang saling percaya dan untuk mencegah kemungkinan konflik," kata Laksda Schulz dalam pidatonya.

Diketahui, China mengklaim kedaulatan atas Taiwan yang diperintah secara demokratis, mengatakan memiliki yurisdiksi atas jalur air selebar hampir 180 km (110 mil) yang membagi kedua sisi dan merupakan bagian dari Laut Cina Selatan.

Di sisi lain, Taiwan menolak klaim kedaulatan China dan mengatakan hanya penduduk pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka.

Kapal fregat dan kapal pasokan (Frankfurt am Main A1412) yang menyertainya, berpartisipasi dalam beberapa latihan militer dan mengambil bagian dalam pemantauan operasional sanksi terhadap Korea Utara.

Bulan lalu Jerman bergabung dengan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNC) yang dipimpin Amerika Serikat di Korea Selatan, membantu mengawasi perbatasan yang dijaga ketat dengan Korea Utara dan telah berkomitmen untuk membela Korea Selatan jika terjadi perang.

Korea Utara dan Rusia menandatangani janji pertahanan bersama tahun ini. Amerika Serikat beserta sekutunya menuduh Pyongyang menyediakan senjata yang digunakan Rusia untuk menyerang sasaran di Ukraina.

"Apa yang terjadi di Rusia, Ukraina secara langsung memengaruhi Korea Selatan," kata Duta Besar Jerman untuk Korea Selatan Georg Schmidt.

"Apa yang terjadi di Korea Utara secara langsung memengaruhi Jerman," tambahnya.