Bagikan:

JAKARTA - Dua kapal perang Jerman menunggu perintah dari Berlin untuk menentukan apakah bulan depan mereka akan menjadi kapal angkatan laut Jerman pertama dalam beberapa dekade yang melewati Selat Taiwan, yang memicu peringatan dari Beijing.

Meskipun AS dan negara-negara lain, termasuk Kanada, telah mengirimkan kapal perang melalui selat sempit tersebut dalam beberapa pekan terakhir.

Ini akan menjadi perjalanan pertama angkatan laut Jerman melalui selat tersebut sejak tahun 2002.

China mengklaim kedaulatan atas Taiwan yang diperintah secara demokratis, dan mengatakan pihaknya memiliki yurisdiksi atas jalur laut selebar hampir 180 km (110 mil) yang membagi kedua sisi dan merupakan bagian dari Laut China Selatan.

Taiwan menolak klaim kedaulatan Tiongkok dan mengatakan hanya masyarakat pulau tersebut yang dapat menentukan masa depan mereka.

Selat Taiwan adalah jalur perdagangan utama yang dilalui oleh sekitar setengah dari kapal kontainer global, dan baik Amerika Serikat maupun Taiwan menyatakan bahwa ini adalah jalur perairan internasional.

“Keputusan belum diambil,” kata komandan kelompok tugas angkatan laut, Laksamana Muda Axel Schulz, kepada Reuters dilansir Senin, 19 Agutus.

“Kami mengibarkan bendera kami di sini untuk menunjukkan bahwa kami mendukung mitra dan teman kami, komitmen kami terhadap ketertiban berdasarkan aturan, solusi damai atas konflik teritorial, dan jalur pelayaran yang bebas dan aman,” imbuhnya.

Ketika ditanya tentang potensi pelayaran kapal-kapal Jerman, Kementerian Luar Negeri China mengatakan Taiwan adalah urusan internal Tiongkok dan kunci stabilitas adalah menentang kemerdekaan Taiwan.

“China selalu menentang pelemahan kedaulatan dan keamanan wilayah Tiongkok dengan kedok kebebasan navigasi,” kata juru bicara kementerian Mao Ning kepada wartawan di Beijing.

Sebelum kemungkinan melintasi selat itu bulan depan, kapal fregat Baden-Wuerttemberg dan kapal pengisian ulang Frankfurt am Main berencana singgah di Tokyo pada Selasa. Mereka juga akan singgah di Korea Selatan dan Filipina.

Mereka akan mengikuti latihan di kawasan bersama Perancis, Indonesia, Italia, Jepang, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Amerika Serikat.

Selama empat tahun terakhir, militer Beijing telah meningkatkan aktivitasnya di selat tersebut.