Bagikan:

JAKARTA - Kantor Perdana Menteri (PMO) menuduh pemimpin oposisi Yair Lapid berbohong, setelah ia mengklaim Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengabaikan tanda-tanda peringatan menjelang serangan kelompok militan yang dipimpin Hamas.

"Yair Lapid berbohong lagi. Perdana Menteri Netanyahu tidak menerima peringatan apapun mengenai perang di Gaza, tidak sebulan sebelumnya dan bahkan tidak satu jam sebelum tanggal 7 Oktober. Yang terjadi justru sebaliknya dan protokol membuktikannya," klaim PMO dalam sebuah pernyataan menanggapi kesaksian Lapid di hadapan komisi penyelidikan sipil independen atas serangan tersebut, melansir The Times of Israel 29 Agustus.

"Lapid, yang membawa para pekerja dari Gaza dan memberikan gas gratis kepada (pemimpin Hizbullah Hassan) Nasrallah sembari menjanjikan hal itu akan mencegah perang, adalah orang terakhir yang bisa berkhotbah dalam hal keamanan," tambah pernyataan itu.

Diberitakan sebelumnya, Lapid dalam kesaksiannya mengatakan mendapat pengarahan keamanan dari Kepala Shin Bet Ronen Bar, yang memberikan "peringatan yang belum pernah terjadi sebelumnya" tentang "konsekuensi keamanan dari kudeta dan keretakan internal yang ditimbulkannya, pada malam sebelum Knesset memberikan suara untuk meloloskan apa yang disebut undang-undang kewajaran pada Juli 2023.

Menolak klaim pemerintah tidak menerima peringatan sebelumnya bahwa Hamas tidak lagi terbendung, Lapid menyatakan "pemerintah memang diberi tahu. Saya diberi tahu dan materi intelijen yang saya lihat tentu saja juga dilihat oleh perdana menteri dan menteri kabinet.

"Selama beberapa bulan menjelang bencana, perdana menteri dan menteri kabinet menerima serangkaian peringatan serius yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sejak pertengahan tahun 2023, semakin banyak suara dalam organisasi teroris yang mengatakan bahwa saat yang mereka tunggu-tunggu telah tiba," jelasnya.

Diketahui, sekitar 1.200 orang tewas dan 250 lainnya ditangkap sebagai sandera, akibat serbuan kelompok militan yang dipimpin Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menurut perhitungan Israel, seperti mengutip Reuters.

Itu dibalas dengan operasi darat dan udara Israel. Mengutip WAFA, jumlah korban jiwa Palestina sejak konflik terbaru pecah di Gaza pada 7 Oktober telah mencapai 40.534 orang, sementara korban luka-luka mencapai 93.778 orang. Mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.