Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin oposisi Yair Lapid mendapatkan pengarahan keamanan dari Kepala Shin Bet Ronen Bar, yang memberikan "peringatan yang belum pernah terjadi sebelumnya" tentang "konsekuensi keamanan dari kudeta dan keretakan internal yang ditimbulkannya, pada malam sebelum Knesset memberikan suara untuk meloloskan apa yang disebut undang-undang kewajaran pada Juli 2023.

Pernyataan Ketua Partai Yesh Atid itu disampaikan dalam kesaksiannya di hadapan komisi penyelidikan sipil independen atas kegagalan 7 Oktober 2023, merujuk pada perombakan peradilan yang sangat memecah belah yang diajukan pemerintah tahun lalu, yang dicemooh oleh beberapa kritikus sebagai upaya kudeta.

Menolak klaim pemerintah tidak menerima peringatan sebelumnya bahwa Hamas tidak lagi terbendung, Lapid menyatakan "pemerintah memang diberi tahu. Saya diberi tahu dan materi intelijen yang saya lihat tentu saja juga dilihat oleh perdana menteri dan menteri kabinet," seperti dikutip dari The Times of Israel 29 Agustus.

"Selama beberapa bulan menjelang bencana, perdana menteri dan menteri kabinet menerima serangkaian peringatan serius yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sejak pertengahan tahun 2023, semakin banyak suara dalam organisasi teroris yang mengatakan bahwa saat yang mereka tunggu-tunggu telah tiba," jelasnya.

Lapid ingat bertanya kepada Bar "apakah peringatan ini juga disampaikan kepada perdana menteri dan menteri kabinet, dan jawabannya adalah: 'Tentu saja,'"

"Presiden (Isaac) Herzog juga menerima pembaruan mengenai meningkatnya risiko keamanan dan menyampaikan hal ini dalam pembicaraannya dengan perdana menteri," imbuh Lapid.

Pada 21 Agustus 2023, sekretaris militer Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Brigjen Avi Gil, memberikan informasi keamanan terbaru kepada perdana menteri dan Pemimpin Oposisi Yair Lapid yang memperingatkan, musuh-musuh Israel — mulai dari Iran dan Hizbullah hingga organisasi teroris di Gaza dan Tepi Barat — telah mengidentifikasi "kelemahan di pihak Israel," kata Lapid kepada komisi.

benjamin netanyahu
PM Netanyahu memimpin rapat Kabinet Perang Israel. (Sumber: GPO/Kobi Gideon)

Hal ini termasuk ketegangan internal dan hilangnya kemampuan dalam militer Israel "bersamaan dengan munculnya krisis dengan Amerika."

Lapid menceritakan, Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi berusaha bertemu dengan PM Netanyahu tentang dampak keamanan nasional dari perpecahan di Israel atas perombakan peradilan, dan ditolak. Letjen Halevi menulis surat kepada PM Netanyahu tentang bahayanya. Letjen Halevi ingin dicatat bahwa ia telah memperingatkan dan diabaikan," kata Lapid.

Pada pengarahan 21 Agustus 2023, Gil memberi tahu PM Netanyahu dan Lapid, Iran dan kelompok teror di Lebanon, Tepi Barat serta Gaza "semuanya mengidentifikasi kelemahan, perpecahan internal, ketegangan dan hilangnya kesiapan militer serta krisis yang berkembang dengan Amerika," kenang Lapid.

Presentasi Gil, yang merangkum materi dari semua hierarki pertahanan, menunjukkan musuh Israel melihat peluang untuk menyakitinya, kata Lapid.

Selama beberapa minggu berikutnya, kata Lapid, ia melihat materi intelijen rahasia yang diberikan kepada Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset yang menunjukkan bahwa pencegahan memang telah terkikis. Ia melihat materi yang sangat rahasia, yang diberikan kepadanya sebagai mantan perdana menteri.

Pada tanggal 18 September di komite tersebut, ia "melihat peringatan lebih lanjut," katanya. "Bagi saya, apa yang tertulis di sana sangat jelas: pencegahan Israel telah terkikis secara dramatis; musuh kita berpikir mereka memiliki kesempatan langka untuk menyakiti kita," kata Lapid.

Materi tersebut menunjukkan "Israel berada pada tingkat bahaya terbesar," sebut Lapid.

Merangkum kesaksiannya, Lapid mengatakan perdana menteri memang tahu akan adanya bahaya yang mengancam tetapi mengabaikannya. "Lembaga pertahanan memang memperingatkan," dan semua lembaga intelijen memperingatkan berulang kali.

Lapid mengatakan penting untuk "membedakan antara fakta bahwa pada tanggal 7 Oktober tidak ada peringatan taktis dan konkret tentang pelanggaran batas, dan peringatan strategis berulang kali tentang meletusnya kekerasan dan hilangnya pencegahan."

PM Netanyahu, tuduhnya, "tahu bahwa pencegahan telah melemah, dan tahu bahwa kelompok-kelompok teror sedang mengamati (perpecahan dalam) masyarakat Israel."

"Dia tahu bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk menindaklanjuti peringatan tersebut, tetapi dia tidak melakukannya," kata Lapid.

Diketahui, sekitar 1.200 orang tewas dan 250 lainnya ditangkap sebagai sandera, akibat serbuan kelompok militan yang dipimpin Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023, menurut perhitungan Israel, seperti mengutip Reuters.

Itu dibalas dengan operasi darat dan udara Israel. Mengutip WAFA, jumlah korban jiwa Palestina sejak konflik terbaru pecah di Gaza pada 7 Oktober telah mencapai 40.534 orang, sementara korban luka-luka mencapai 93.778 orang. Mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak.