Bagikan:

JAKARTA - Kelompok militan Palestina Hamas pada Hari Minggu mengatakan, proposal terbaru yang ditujukan untuk menjembatani perbedaan antara mereka dengan Israel mengenai gencatan senjata konflik di Jalur Gaza, terlalu dekat dengan posisi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini.

Pernyataan Hamas ini muncul hanya beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken tiba di Israel, dalam upaya untuk mengamankan gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera, yang meredupkan harapan akan adanya terobosan dalam negosiasi.

Hamas menerima proposal baru dari para mediator, Qatar, Mesir dan Amerika Serikat, setelah pembicaraan dua hari di Doha pekan lalu.

Hamas mengatakan, proposal baru tersebut sejalan dengan Netanyahu, yang menolak untuk mengakhiri perang dan menarik pasukan Israel dari Gaza, termasuk dari perbatasan dengan Mesir, dua kondisi yang dilihat kelompok ini sebagai dasar untuk kesepakatan apapun.

"Kami menganggap Netanyahu bertanggung jawab penuh atas kegagalan upaya para mediator, penundaan kesepakatan, dan atas nyawa para tahanannya yang terekspos pada bahaya yang sama dengan rakyat kami karena agresi yang terus berlanjut dan penargetan sistematis terhadap semua aspek kehidupan di Jalur Gaza," ujar Hamas, melansir Reuters 19 Agustus.

"Kami menyerukan kepada para mediator untuk memikul tanggung jawab mereka dan memaksa penjajah untuk melaksanakan apa yang telah disepakati," kata Hamas, seraya menambahkan mereka berkomitmen penuh pada proposal Juli lalu.

Terpisah, otoritas kesehatan di Gaza mengumumkan pada Hari Minggu, jumlah korban tewas warga Palestina di wilayah kantong itu telah mencapai 40.099 jiwa, serta 92.609 lainnya luka-luka, dikutip dari WAFA.