Bagikan:

JAKARTA - Qatar dan Mesir telah memberi peringatan kepada Amerika Serikat (AS) bahwa kecil kemungkinan kelompok Palestina Hamas menerima proposal terbaru gencatan senjata Gaza.

Pembahasan gencatan senjata Gaza telah berakhir Jumat pekan lalu dengan proposal baru yang mempersempit perbedaan tuntutan antara Israel dengan Hamas.

Pembahasan itu juga mengeklaim bahwa proposal baru tersebut konsisten dengan prinsip-prinsip yang diusung Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei.

Namun Hamas menolak proposal itu dengan mengatakan isinya hanya sejalan dengan kondisi yang ditentukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Mengutip sumber informasi, media publik Israel KAN mengatakan dalam beberapa hari belakangan, mediator Qatar dan Mesir telah memperingatkan Washington soal kecil kemungkinan Hamas menerima proposal terbaru itu.

Dilansir ANTARA dari Anadolu, Rabu, 21 Agustus, proposal baru ini muncul di bawah usulan AS karena para mediator tidak ingin terlibat dalam hal tersebut, meskipun mereka ikut serta dalam pengumuman pada Jumat setelah pembicaraan berakhir, tambahnya.

Setelah pembicaraan Doha pada Jumat, Hamas mengatakan "proposal baru yang diumumkan itu memenuhi persyaratan dan sejalan dengan Netanyahu".

"Terutama penolakan Netanyahu terhadap gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, dan keengganan untuk menghentikan pendudukan di Persimpangan Netzarim, penyeberangan Rafah, dan Koridor Philadelphi," kata Hamas dalam pernyataan.

"Dia (Netanyahu) juga menetapkan persyaratan baru dalam proses pertukaran sandera dan mencabut persyaratan lain, yang menghambat penyelesaian kesepakatan,” tambah Hamas.

Berdasarkan pengumuman Biden pada Mei dan resolusi Dewan Keamanan PBB pada Juni, Hamas menegaskan kembali komitmennya terhadap kesepakatan bulan Juli.

Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah mencoba mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

Namun upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas yaitu menghentikan perang.

Israel terus melancarkan serangan brutal terhadap Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Konflik ini telah menyebabkan lebih dari 40.170 kematian warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 92.740 cedera, menurut otoritas kesehatan setempat.

Blokade yang sedang berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan obat-obatan, meninggalkan sebagian besar wilayah dalam kehancuran.

Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah di selatan, di mana lebih dari 1 juta warga Palestina telah mencari perlindungan sebelum wilayah tersebut diserang pada 6 Mei.