Bagikan:

JAKARTA - Pejabat kontraterorisme PBB mengatakan Eropa menghadapi ancaman yang lebih besar dari ISIS-K setelah terungkapnya rencana teror serangan konser Taylor Swift di Wina, Austria.

Wakil Sekretaris PBB untuk kontraterorisme, Vladimir Vorokov, mengatakan ancaman ISIS-K kini menjadi nyata di Wina, di mana tiga konser Swift dibatalkan.

“Kelompok ini dianggap sebagai ancaman teroris eksternal terbesar terhadap benua ini,” kata Vorokov kepada Dewan Keamanan PBB dilansir ABC News, Jumat, 9 Agustus.

Teroris dari kelompok ISIS-K, yang berbasis di Afghanistan menewaskan 140 orang di tempat konser Moskow pada Maret dan lebih dari 100 orang dalam pemboman di Iran pada Januari.

“Ini adalah lingkungan paling kompleks, dinamis, dan, sejujurnya berbahaya yang pernah saya alami selama lebih dari 40 tahun saya terlibat dalam penegakan hukum dan keamanan dalam negeri," ujar John Cohen, kontributor ABC News dan mantan penjabat wakil menteri untuk intelijen di Departemen Keamanan Dalam Negeri AS

Serangan yang digagalkan di Wina memiliki dua pola seputar ideologi ekstrem yang mempengaruhi benua Eropa, kata Direktur Program Ekstremisme di Universitas George Washington, Lorenzo Vidino.

Pelaku rencana teror konser Taylor Swift pun masih muda yakni 19 tahun, 18 tahun dan  17 tahun.

“Ini adalah adegan yang jauh lebih tidak terstruktur di mana Anda melihat orang-orang yang meradikalisasi diri dan berkumpul di platform online, terkadang juga offline. Namun komponen online semakin besar selama beberapa tahun terakhir, dan mereka mengaktifkan diri mereka sendiri secara mandiri,” sambung Vidino.

“(ISIS) sebagian besar beroperasi melalui cabang-cabang di berbagai belahan dunia, dan yang menurut saya adalah yang paling sukses dan bisa disebut satu-satunya yang secara konsisten juga beroperasi di Barat dan merencanakan serangan teroris di Barat  adalah ISIS-K," katanya.