Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Hasanuddin Wahid mengungkap alasan dirinya tak memenuhi undangan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Sedianya, PBNU mengundang Hasanuddin ke kantornya untuk meminta keterangan untuk mendalami masalah ketidakharmonisan antara PBNU dan PKB.

Hasanuddin menegaskan pihaknya tak terima dengan sikap Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf dan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf yang seolah mengadu domba warga NU dengan PKB.

"Lalu tiba-tiba bikin tim mengundang saya. Kayak dagelan aja. Untuk apa? Mana mungkin saya memenuhi undangan mereka? Secara organisasi kita enggak ada urusan sama Gus Yahya dan Saiful. Kita entitas berbeda," kata Hasanuddin saat dikonfirmasi, Senin, 5 Agustus.

Hasanuddin masih ingat pernyataan Gus Yahya yang menegaskan bahwa posisi PKB dalam Pemilu 2024 bukan representasi NU.

Karenanya, Hasanuddin pun heran karena setelah pemilu usai, PKB disebut telah melenceng dari ajaran NU.

"Begitu pascapemilu, PKB suaranya naik drastis, kursinya naik signifikan lebih dari 2150-an kursi semua tingkatan. Eh, dikatain kita melenceng, bahkan rusak," cecarnya.

Hasanuddin pun mengklaim partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar saat ini masih "sehat". Hal ini tampak dari ajakan Presiden 2024 terpilih Prabowo Subianto yang mengajak PKB bergabung ke pemerintahan.

"Itu artinya kita seksi dan menarik. Kalau ada yang menuduh kita rusak, justru fakta ini menjelaskan siapa sesungguhnya yang rusak," ungkap dia.

Hasanuddin sebelumnya diminta datang ke kantor PBNU pukul 12.30 WIB, namun, ia tak kunjung datang. Rais Syuriah PBNU yang juga anggota tim panel Cholil Nafis menyayangkan ketidakhadiran Hasanuddin.

"Harusnya hadir pada tadi jam 12.30 menurut undangan kami, tetapi kami tunggu sampai jam 2.30 tadi, saya turun dari atas juga belum ada konfirmasi kedatangannya. Padahal sangat diperlukan hadirnya beliau," kata Cholil di kantor PBNU, Jakarta Pusat.