Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengungkap fakta di balik fenomena kecenderungan mundurnya rata-rata usia pernikahan yang terjadi di masyarakat saat ini. Salah satunya adalah hasil survei yang menunjukkan usia pernikahan semakin mundur, sementara usia hubungan seks pertama kali semakin maju.

“Yang saya prihatin adalah hasil survei terhadap perempuan dan laki-laki usia 20 sampai 35 saat ditanya kapan Anda hubungan seks pertama? Maka jawabannya rata-rata laki-laki melakukan hubungan seks pertama pada usia 15 sampai 19 tahun sekitar 74%, sementara perempuan hubungan seks pertama pada usia 15 sampai 19 tahun sekitar 60%,” kata Hasto kepada host Eddy Wijaya dalam podcast EdShareOn yang tayang perdana pada Rabu 31 Juli 2024.

Hasto mengatakan temuan dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) itu semakin mencengangkan karena para responden tersebut saat ditanya mengaku baru menikah rata-rata usia 22 tahun. Angka ini menunjukkan rata-rata usia menikah mundur satu tahun dari hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2019 yakni 21,13 tahun. “Artinya apa? Artinya nikah semakin mundur, hubungan seks semakin maju. Nah, ini kalau kita nggak prihatin, terlalu. Karena ini berarti banyak perzinaan, kan, gitu,” ucapnya.

Mantan Bupati Kulon Progo dua periode itu lantas meminta semua pihak seperti orang tua, tokoh agama, serta masyarakat umum untuk menjadikan persoalan ini sebagai tugas bersama.

Ia menilai seks bebas di kalangan remaja bisa berakibat fatal pada kesehatan dan juga tingkat perceraian. “Supaya tidak terjadi unwanted pregnancy atau kehamilan yang tidak diinginkan. Dan akhirnya pernikahan mudah terjadi perceraian karena bukan dilandasi perencanaan yang bagus.”

Kampanye Vasektomi; dari Kasih Uang Saku hingga Kambing

Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo mengatakan kesadaran Keluarga Berencana (KB) di masyarakat hingga kini masih didominasi oleh kaum ibu atau perempuan yakni 95%. Sementara kesadaran terhadap KB kaum laki-laki berupa penggunaan kondom maupun vasektomi hanya 5%.

“Mengampanyekan penggunaan kondom itu tidak mudah karena banyak orang yang merasa tidak puas memakai kondom. Sedangkan vasektomi kendalanya yakni banyak orang yang termakan isu kalau nanti keperkasaanya hilang, padahal tidak,” ujar Hasto.

Adapun vasektomi merupakan KB untuk kaum laki-laki dengan cara menyumbat saluran yang membawa sperma dari testis ke penis agar tidak bercampur dengan air mani. Tujuannya agar tidak terjadi pembuahan saat pria ejakulasi. Hasto mengatakan vasektomi yang selama ini dikenal permanen juga sudah bisa diatasi dengan alat yang canggih. “Hari ini teknologi sudah canggih. Jadi kalau orang yang sudah divasektomi itu bisa dibuka kembali. Rekanalisasi namanya,” ujar Hasto.

Hasto mengatakan sudah berupaya mengampanyekan vasektomi di masyarakat dengan cara tanpa biaya. Bahkan warga yang ingin vasektomi diberikan uang saku sebesar Rp 300 ribu. “Bahkan saat saya bupati saya kampanye vasektomi dapat kambing satu ekor dengan target 26 orang yang di-vasektomi. Tapi ternyata yang mau vasektomi 126 orang, kambing saya habis semua,” katanya sambil tertawa.

Saksikan selengkapnya di Youtube EdShare OnEddy Wijaya! (ADV)