Bagikan:

JAKARTA - Seekor burung kondor Andes yang dirawat di Chili diketahui ada timbal di dalam darah dan pelet tertanam pada tengkoraknya hingga alat pelacak, menyoroti tantangan dalam melestarikan burung yang terancam punah ini.

Burung itu sakit dan tidak dapat terbang ketika agen dari lembaga pertanian dan peternakan SAG Chili menemukannya pada akhir Mei dan membawanya ke kebun binatang nasional untuk dirawat.

Saat itulah dokter hewan menemukan pelacak dan mendeteksi kadar timbal yang tinggi dalam darahnya, menggarisbawahi dampak campur tangan manusia dan perlunya kerja sama internasional untuk melestarikan kondor Andes.

"Kondor itu berpindah-pindah antara Chili dan Argentina, ia tidak mengenal batas geografis atau politik," kata Guillermo Cubillos, kepala investigasi dan konservasi untuk Kebun Binatang Nasional Chili, melansir Reuters 23 Juli.

Lebih dikatakannya, perlu upaya konservasi dan pelacakan internasional.

"Kita tidak dapat membuat rencana konservasi kondor Chili dengan pemantauan, kita harus melibatkan penyelidik, atau pemerintah, dari Argentina," jelasnya.

Cubillos mengatakan, burung besar yang dapat memiliki rentang sayap lebih dari 10 kaki (tiga meter), telah punah di Venezuela dan hampir punah di Kolombia. Menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam, hanya ada sekitar 6.700 burung kondor liar.

Selama kunjungan Reuters ke salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di Chili di Tiltil, sekitar 60 kilometer (37 mil) di utara Santiago, puluhan burung kondor terlihat memakan sampah.

Dokter hewan mengatakan, kadar timbal yang tinggi pada burung kondor menunjukkan ia memakan sesuatu yang terkontaminasi atau memakan mangsa dengan kadar timbal yang tinggi.

"Kita harus mengendalikan area tempat satwa liar dan aktivitas manusia berbenturan, seperti tempat pembuangan sampah," kata Mauricio Fabry, kepala departemen lingkungan Santiago.

"Agar spesies ini, yang penting bagi ekosistem, yang mengubah kematian menjadi kehidupan, tetap ada di lanskap kita," tambahnya.