Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menegaskan, Indonesia menentang kebijakan yang menghambat aktivitas perdagangan.

Itu disampaikan Menlu Retno dalam pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN dengan Uni Eropa di Vientiane, Laos Hari Jumat.

Dalam pembahasan masalah ekonomi, Menlu Retno menyampaikan, kemitraan ASEAN dan Uni Eropa harus didasarkan pada prinsip kesetaraan, saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi rakyat kedua kawasan.

"Karena itu, Indonesia menentang kebijakan-kebijakan yang diskriminatif dan pendekatan yang 'one-size-fits-all' yang menghambat perdagangan," tegas Menlu Retno, melansir keterangan Kementerian Luar Negeri RI, Jumat 26 Juli.

Lebih jauh Menlu Retno mendorong dilakukannya dialog dan kerja sama erat antara ASEAN dan Uni Eropa. Menurutnya, dialog ini penting untuk menumbuhkan rasa saling memahami dan menyelesaikan masalah-masalah secara konstruktif, antara lain melalui dialog melalui Joint Working Group on Vegetable Oil yang akan dilaksanakan tahun ini. Indonesia mendorong partisipasi aktif dari Uni Eropa untuk dialog ini.

Joint Working Group on Vegetable Oil adalah salah satu kerangka kerja sama ASEAN-Uni Eropa yang merupakan inisiatif Indonesia yang dibentuk pada tahun 2020 untuk memperjuangkan akses komoditi kelapa sawit dan minyak nabati.

Hingga saat ini, forum tersebut telah dilaksanakan sebanyak tiga kali, terakhir pada 20-21 Juni 2023 yang dihadiri oleh negara anggota ASEAN dan juga UE.

Selain ekonomi, pertemuan Menlu ASEAN dengan Uni Eropa juga membahas isu terkait hukum internasional, merujuk pada konflik di Palestina dan perang Rusia-Ukriana.

Pertemuan ASEAN dengan Uni Eropa merupakan bagian dari 57th ASEAN Foreign Ministers' Meeting (AMM) yang digelar di Vientiane, Laos pada 21-27 Juli.