JAKARTA - Para arkeolog yang bekerja di Peru telah menemukan koridor tertutup berusia 3.000 tahun yang dijuluki 'lorong burung kondor' yang kemungkinan besar mengarah ke ruang-ruang lain di dalam apa yang dulunya merupakan kompleks kuil besar yang berkaitan dengan budaya Chavin kuno.
Terletak sekitar 190 mil (306 km) di timur laut Lima, situs arkeologi Chavin de Huantar merupakan salah satu pusat budaya yang paling penting, yang berkembang dari sekitar tahun 1.500-550 SM.
Suku Chavin terkenal dengan seni mereka yang canggih, yang sering kali menampilkan penggambaran burung dan kucing. Suku ini berasal dari komunitas pertanian menetap pertama di dataran tinggi utara Andes Peru, lebih dari 2.000 tahun sebelum Kekaisaran Inca berkuasa.
Penemuan Chavin terbaru berfokus pada lorong di dalam bagian selatan kuil yang disegel, karena apa yang diyakini para arkeolog sebagai kelemahan strukturalnya, tetapi sekarang menawarkan sekilas ke masa-masa awal Chavin.
"Apa yang kita miliki di sini telah dibekukan oleh waktu," kata arkeolog utama John Rick kepada Reuters, seperti dikutip 14 Juli.
Sebuah keramik besar dengan berat sekitar 37 pon (17 kg) yang dihiasi benda seperti kepala dan sayap burung kondor telah ditemukan di lorong, bersama dengan sebuah mangkuk keramik. Keduanya ditemukan pada Mei 2022 ketika pintu masuk ditemukan.
Kompleks kuil ini memiliki teras-teras serta jaringan lorong-lorong yang baru saja ditemukan.
Rick yang merupakan arkeolog dari Universitas Stanford mengatakan, masih banyak bagian dari kompleks kuil yang harus digali.
BACA JUGA:
Pintu masuk ke "lorong burung condor" pertama kali dieksplorasi oleh tim Rick dengan menggunakan kamera yang dipasang pada robot, untuk membersihkan puing-puing yang pernah mengisinya serta menghindari risiko keruntuhan lebih lanjut dari arsitektur kuno.
Diketahui, Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) menetapkan Chavin de Huantar sebagai situs warisan dunia pada tahun 1985.