Bagikan:

JAKARTA - Rusia menyebut pergolakan seputar pemilu Amerika Serikat (AS), termasuk upaya pembunuhan terhadap Donald Trump dan mundurnya Presiden Joe Biden dari pencalonan, menunjukkan perpecahan dalam masyarakat Amerika dalam bahaya "jatuh menukik’

Mantan presiden Trump, kandidat dari Partai Republik, ditembak hingga mengenai telinganya pada rapat umum kampanye pada 13 Juli.

Sementara Biden membatalkan upayanya untuk terpilih kembali pada Minggu dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris sebagai kandidat dari Partai Demokrat.

Ketika ditanya langsung oleh Reuters siapa yang ia pilih sebagai presiden AS, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova tidak menyebut gamblang pilihannya.

“AS kini berada dalam situasi di mana mereka ingin melewati tahun ini tanpa terpuruk,” kata Zakharova, Rabu, 24 Juli.

Zakharova mengatakan ada bukti “perpecahan mendalam dalam masyarakat Amerika” dan “konflik sipil”.

Namun Amerika Serikat masih memandang Rusia sebagai musuh yang nyata. Karena itu, tokoh protagonis dari “pertunjukan pemilu Amerika" harus dilihat tanpa ilusi, sambung Zakharova.

Hingga Rabu pagi, Presiden Rusia Vladimir Putin belum memberikan pernyataan publik mengenai keluarnya Biden dari pencalonan.

Putin telah beberapa kali menyatakan bagi Rusia, Biden lebih disukai daripada Trump.

Namun, intelijen AS telah mengindikasikan bahwa Rusia lebih memilih kemenangan Trump, dan penilaian intelijen AS sebelumnya menemukan Moskow mencoba melalui kampanye pengaruh untuk membantu Trump menang pada tahun 2016, melawan Hillary Clinton, dan pada tahun 2020 melawan Biden.

Rusia membantah mereka berusaha ikut campur dalam pemilu, meskipun pemimpin tentara bayaran Rusia Yevgeny Prigozhin berulang kali mengatakan sebelum kematiannya tahun lalu, dia memang ikut campur dalam pemilu tahun 2016.

"Menyalahkan Rusia atas masalah, kesalahan perhitungan, masalah, kesalahan, dan kekurangannya, menurut saya, merupakan manifestasi penyakit demokrasi Amerika,” ujar Zakharova.

“Kami tidak ikut campur dalam urusan internal negara-negara berdaulat, apalagi memberikan pengaruh, dan tidak memberikan contoh atau memberikan tekanan pada proses pemilu. Tidak terkecuali pemilu mendatang di Amerika Serikat, kami tidak pernah ikut campur dalam pemilu sebelumnya,” imbuhnya.