JAKARTA - Amerika Serikat pada Senin 19 Agustus, menuduh Iran meluncurkan operasi siber terhadap kampanye kedua calon presiden AS serta menargetkan publik Amerika dengan operasi pengaruh yang bertujuan memicu perpecahan politik.
"Kami telah mengamati aktivitas Iran yang semakin agresif selama siklus pemilu ini," demikian pernyataan FBI, Kantor Direktur Intelijen Nasional, dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur, yang mengawasi pertahanan sistem komputer pemerintah.
Pernyataan tersebut mengonfirmasi tuduhan yang disampaikan awal bulan ini oleh kampanye calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, bahwa Iran meretas salah satu situs web kampanyenya, memicu penyelidikan FBI. Saat itu, Trump mengatakan Iran hanya mampu mengakses informasi yang tersedia untuk umum.
Pernyataan AS juga mengatakan bahwa Iran telah menargetkan kampanye Wakil Presiden Kamala Harris, yang akan secara resmi menerima nominasi presiden dari Partai Demokrat pada konvensi pekan ini.
Misi Iran untuk PBB mengeluarkan pernyataan yang menyebut tuduhan itu "tidak berdasar dan tidak memiliki dasar apapun. Seperti yang telah kami umumkan sebelumnya, Republik Islam Iran tidak memiliki niat atau motif untuk campur tangan dalam pemilu presiden AS."
BACA JUGA:
Pernyataan AS mengatakan Iran telah melakukan operasi pengaruh yang menargetkan publik Amerika untuk memicu perpecahan politik serta "operasi siber yang menargetkan kampanye presiden."
"Ini termasuk kegiatan yang baru-baru ini dilaporkan untuk mengkompromikan kampanye mantan Presiden Trump, yang menurut komunitas intelijen (IC) disebabkan oleh Iran," lanjutnya.
Komunitas intelijen meyakini bahwa operator Iran menggunakan rekayasa sosial dan cara lainnya untuk "mencari akses ke individu yang memiliki akses langsung ke kampanye presiden dari kedua partai," kata pernyataan itu.
Aktivitas tersebut termasuk pencurian dan pengungkapan informasi yang "dimaksudkan untuk mempengaruhi proses pemilu AS," tambahnya, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.