Bagikan:

JAKARTA- Peretas asal China dilaporkan berhasil menyusup ke sistem Verizon dan menargetkan ponsel yang digunakan oleh sejumlah pihak yang terafiliasi dengan kampanye kandidat presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris. Hal ini diungkapkan  seorang sumber yang mengetahui situasi tersebut pada Jumat 25 Oktober.

Media juga melaporkan bahwa kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, dan pasangannya, JD Vance, turut menjadi sasaran peretasan ini.  The New York Times melaporkan bahwa pihak penyidik sedang berusaha mengetahui komunikasi apa saja yang mungkin diambil dari Trump dan Vance dalam insiden ini.

Pihak kampanye Trump telah diberitahu bahwa ponsel Trump dan Vance termasuk di antara sejumlah pihak dari pemerintahan dan luar pemerintahan yang menjadi target peretasan melalui sistem telepon Verizon. Meski demikian, pihak kampanye Trump belum mengonfirmasi secara resmi bahwa ponsel Trump dan Vance menjadi sasaran.

Direktur komunikasi kampanye Trump, Steven Cheung, menyatakan bahwa Wakil Presiden Harris telah memperkuat keberanian China dan Iran untuk menyerang infrastruktur AS guna mencegah kembalinya Trump ke kursi kepresidenan.

Sementara itu, Kedutaan Besar China di Washington menegaskan bahwa China menentang segala bentuk serangan siber dan pencurian siber. "Pemilihan presiden adalah urusan domestik Amerika Serikat. China tidak berniat dan tidak akan mengintervensi pemilihan AS," kata juru bicara kedutaan.

Kampanye Harris tidak memberikan tanggapan saat diminta komentar terkait insiden ini.

Sebelumnya, kampanye Trump juga sempat diretas tahun ini. Departemen Kehakiman AS telah menuntut tiga anggota Korps Pengawal Revolusi Iran atas tuduhan peretasan tersebut dengan tuduhan upaya mengganggu pemilihan pada 5 November.

FBI dan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS (CISA) menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki akses tidak sah ke infrastruktur telekomunikasi komersial yang diduga melibatkan pihak yang terkait dengan China. Pernyataan bersama mereka tidak menyebutkan siapa saja yang menjadi target dalam insiden tersebut.

Verizon menyatakan bahwa pihaknya menyadari adanya upaya canggih untuk menargetkan telekomunikasi AS dan mengumpulkan intelijen. Sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di AS, Verizon mengatakan tengah bekerja sama dengan pihak berwenang.