JAKARTA - Peretas Iran mengirim email yang berisi materi kampanye mantan presiden Donald Trump lewat email kepada kubu petahana Presiden Amerika Serikat Joe Biden, bagian dari dugaan upaya yang lebih luas oleh Teheran untuk memengaruhi pemilihan Bulan November, kata badan-badan AS.
"Lebih jauh, aktor siber jahat Iran telah melanjutkan upaya mereka sejak Juni untuk mengirim materi yang dicuri dan tidak bersifat publik yang terkait dengan kampanye mantan Presiden Trump ke organisasi media AS," kata FBI, Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur, dan Kantor Direktur Intelijen Nasional dalam sebuah pernyataan bersama, melansir Reuters 19 September.
"Aktivitas siber jahat ini adalah contoh terbaru dari pendekatan multi-cabang Iran untuk memicu perselisihan dan merusak kepercayaan pada proses pemilihan kami," kata badan-badan tersebut.
Aktor siber jahat mengirim email yang tidak diminta kepada individu-individu dalam kampanye Biden pada akhir Juni dan awal Juli yang berisi kutipan teks dari materi yang dicuri dari kampanye kandidat presiden dari Partai Republik, kata badan-badan tersebut.
Mereka menambahkan, saat ini tidak ada informasi yang menunjukkan penerima tersebut membalas. Namun, badan-badan tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang sifat materi yang dicuri.
Diketahui, Presiden Biden sendiri memilih mengundurkan diri dari pemilihan presiden pada tanggal 21 Juli, digantikan oleh Wakil Presiden Kamala Harris .
Dalam sebuah pernyataan, tim Trump mengatakan Harris dan Biden harus mengungkapkan apakah mereka menggunakan materi yang diretas "untuk menyakiti" Trump.
Mantan presiden itu kemudian mengatakan dalam sebuah kampanye pada Rabu malam, Iran meretas kampanyenya untuk membantu Demokrat, dan menyebutnya sebagai campur tangan asing dalam pemilu.
"Kami tidak mengetahui adanya materi yang dikirim langsung ke kampanye," kata juru bicara kampanye Harris setelah pernyataan dari badan-badan AS.
"Beberapa orang menjadi sasaran email pribadi mereka dengan apa yang tampak seperti upaya spam atau phishing," lanjutnya.
Pada Bulan Agustus, Amerika Serikat menuduh Iran melancarkan operasi siber terhadap kedua kandidat dari Partai Republik dan Partai Demokrat, menargetkan publik Amerika dengan operasi pengaruh yang bertujuan untuk mengobarkan perselisihan politik.
BACA JUGA:
Iran tegas membantah telah mencampuri urusan Amerika Serikat, termasuk pemilihan umum.
Pada Hari Rabu, misi permanen Iran untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York mengatakan tuduhan terbaru AS "pada dasarnya tidak berdasar, dan sama sekali tidak dapat diterima."
"Iran tidak memiliki motif atau niat untuk mencampuri pemilihan AS," tambahnya.
Di sisi lain Teheran, mengatakan Washington telah mencampuri urusannya selama beberapa dekade mulai dari kudeta perdana menteri tahun 1953 hingga pembunuhan komandan militer Iran Qassem Soleimani tahun 2020.