Bagikan:

JAKARTA - Jumlah korban tewas akibat ledakan walkie talkie yang mengguncang Lebanon bertambah jadi 20 orang, sehari setelah ledakan pager yang menewaskan sekitar 12 orang, sementara Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant yang negaranya dituduh berada di balik kedua peristiwa tersebut mengatakan, mereka tengah membuka babak baru dalam perang.

Radio genggam walki talkie yang digunakan oleh kelompok bersenjata Hizbullah meledak pada Hari Rabu di selatan Lebanon, hari paling mematikan di negara itu sejak pertempuran lintas batas meletus antara militan dan Israel hampir setahun yang lalu, memicu ketegangan setelah ledakan serupa pada pager kelompok itu sehari sebelumnya.

Kementerian kesehatan Lebanon mengatakan 20 orang tewas dan lebih dari 450 orang terluka pada Hari Rabu di pinggiran kota Beirut dan Lembah Bekaa, sementara jumlah korban tewas akibat ledakan hari Selasa meningkat menjadi 12 orang, termasuk dua anak-anak, dengan hampir 3.000 orang terluka, melansir Reuters 19 September.

Pejabat Israel belum mengomentari ledakan itu, tetapi sumber keamanan mengatakan badan mata-mata Israel Mossad bertanggung jawab. Seorang pejabat Hizbullah mengatakan episode itu adalah pelanggaran keamanan terbesar dalam sejarah kelompok itu.

Operasi tersebut, yang tampaknya membuat Hizbullah kacau balau, terjadi bersamaan dengan perang Israel yang telah berlangsung selama 11 bulan di Gaza dan meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi di perbatasan Lebanon dan risiko perang regional yang besar.

"Kami sedang membuka babak baru dalam perang. Ini membutuhkan keberanian, tekad, dan ketekunan dari kami," kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pengarahannya kepada pasukan Israel di Pangkalan Udara Ramat David di wilayah Utara, dikutip dari The Times of Israel.

Rabu malam, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Menhan Gallant, Kepala Staf IDF Letjen Herzi Halevi dan para pejabat lainnya mengeluarkan pernyataan yang tampaknya menunjukkan perang penuh dengan Hizbullah sedang terjadi, beberapa jam setelah gelombang ledakan walkie talkie dan perangkat komunikasi lainnya yang digunakan oleh anggota Hizbullah di seluruh Lebanon.

"Pusat gravitasi bergerak ke utara. Kami mengalihkan kekuatan, sumber daya, dan energi ke arah utara,” kata Menhan Gallant dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantornya.

Menhan Gallant - yang ramai diberitakan akan dipecat oleh PM Netanyahu - mengatakan tujuan perang Israel di utara "jelas dan sederhana: mengembalikan penduduk kota-kota di utara ke rumah mereka dengan aman."

"Kami tidak melupakan para sandera dan kami tidak melupakan tugas kami di selatan. Ini adalah tugas kami dan kami sedang melaksanakannya pada saat yang sama," kata Menhan Gallant.

Gambar walkie talkie yang meledak menunjukkan label dengan "ICOM" dan "buatan Jepang." Menurut situs webnya, ICOM, yang tidak segera membalas permintaan komentar, adalah perusahaan komunikasi radio dan telepon yang berbasis di Jepang.

Perusahaan tersebut mengatakan, produksi model IC-V82, yang tampak seperti model dalam gambar, telah dihentikan pada tahun 2014.

Radio genggam tersebut dibeli oleh Hizbullah lima bulan lalu, sekitar waktu yang sama dengan pager, kata seorang sumber keamanan.

Israel belum memberikan komentar secara terbuka mengenai gelombang ledakan pager dan walkie talkie di Lebanon.

Dalam sebuah pernyataan video yang sangat singkat pada hari Rabu, Netanyahu menyatakan: "Saya telah mengatakan, kami akan mengembalikan warga di utara dengan aman ke rumah mereka, dan itulah yang akan kami lakukan."

Sementara itu, para pejabat militer juga mengindikasikan upaya IDF akan segera difokuskan pada perbatasan utara Israel.

Selama kunjungan ke Komando Utara pada Hari Rabu, Letjen Halevi memperingatkan Israel memiliki “lebih banyak kemampuan” yang belum digunakan dalam perang melawan Hizbullah.

“Kami sangat bertekad untuk menciptakan kondisi keamanan yang akan membawa penduduk (utara) kembali ke rumah mereka, ke kota-kota, dengan tingkat keamanan yang tinggi, dan kami siap melakukan apa pun yang diperlukan untuk memungkinkan hal ini," kata Letjen Halevi dalam sebuah video yang dirilis oleh IDF.

IDF juga mengumumkan pada Hari Rabu, mereka mengerahkan kembali Divisi 98 ke Israel utara, setelah berbulan-bulan beroperasi di Jalur Gaza di bawah Komando Selatan.

Terpisah, Amerika Serikat yang membantah terlibat dalam ledakan tersebut, mengatakan bahwa mereka sedang melakukan diplomasi intensif untuk mencegah eskalasi konflik.

Diketahui, kelompok Hizbullah yang berada di Lebanon selatan yang berbatasan dengan Israel melakukan serangan lintas batas ke wilayah utara Israel, seiring dengan pecahnya konflik di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.