Bagikan:

JAKARTA - Pihak berwenang Israel sedang menyelidiki potensi pelanggaran keamanan di sekitar ledakan pesawat tak berawak (drone) mematikan di Tel Aviv yang menewaskan satu orang dan melukai 10 lainnya.

Serangan itu diklaim oleh pemberontak Houthi di Yaman, yang menurut kelompok proksi Iran adalah respons terhadap perang Israel di Gaza.

Juru bicara Houthi Yahya Sare’e mengatakan operasi itu dilakukan oleh pesawat tak berawak baru yang mampu melewati sistem intersepsi musuh.

“Kami akan terus menyerang sasaran-sasaran ini sebagai respons terhadap pembantaian musuh dan kejahatan sehari-hari terhadap saudara-saudara kami di Jalur Gaza,” kata Sare’e dilansir dari CNN, Sabtu, 20 Juli.

“Operasi kami hanya akan berhenti ketika agresi berhenti dan pengepungan terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza dicabut,” imbuhnya.

Serangan tersebut menandai pertama kalinya Tel Aviv, pusat komersial Israel, diserang oleh pesawat tak berawak dalam serangan yang diklaim oleh Houthi.

Dalam pengarahan yang disiarkan televisi pada Jumat, 20 Juli, juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari mengatakan militer mencurigai drone tersebut adalah model Samad-3 buatan Iran.

Drone itu diluncurkan dari Yaman, yang telah ditingkatkan untuk memperluas jangkauannya.

Drone kedua dicegat di luar wilayah Israel di sebelah timur pada saat yang sama dengan serangan tersebut, katanya. Jubir IDF menegaskan Israel kini meningkatkan pertahanan udaranya dan meningkatkan patroli udara di perbatasannya.

Seorang pejabat militer Israel mengatakan drone itu terdeteksi oleh sistem pertahanan udara Israel, namun tidak dicegat karena “kesalahan manusia.”

Pesawat itu dipersenjatai dengan hulu ledak dan menabrak sebuah gedung apartemen, tambah pejabat itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut mengenai muatan perangkat tersebut.

Pejabat tersebut tidak memberikan rincian tentang apa yang dimaksud dengan kesalahan manusia, namun ia menekankan bahwa sistem pertahanan udara Israel tidak selalu beroperasi secara mandiri.

Sistem pertahanan Iron Dome, misalnya, dapat beroperasi dalam mode manual, di mana radarnya mendeteksi dan melacak ancaman yang masuk namun memerlukan masukan dari operator sebelum meluncurkan rudal pencegat.

Menurut penyelidikan awal “tidak ada sirene yang diaktifkan” selama insiden tersebut, kata IDF sebelumnya.

Jack Lew, Duta Besar AS untuk Israel, mengatakan dia terkejut dengan serangan drone Houthi yang “kurang ajar” dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga para korban.

“Kami bersyukur personel kantor cabang Kedutaan Besar AS selamat,” imbuhnya.