Bagikan:

JAKARTA - Angkatan Laut China dan Rusia menggelar latihan penembakan langsung di Laut China Selatan, lapor media pemerintah kedua negara, menyusul peningkatan hubungan Beijing dan Moskow.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan di aplikasi Telegram, upara pembukaan latihan bertajuk ' China-Russia Joint Sea-2024' ini berlangsung di Pelabuhan Zhanjiang, China, melansir Reuters 17 Juli.

Selama manuver laut mereka, awak kapal Armada Pasifik Rusia dan Angkatan Laut PLA akan melakukan latihan pertahanan udara dan latihan anti-kapal selam bersama, melibatkan penerbangan anti-kapal selam angkatan laut PLA, lanjut kementerian itu.

Surat kabar Global Times mengutip Angkatan Laut PLA menyebut, kedua negara akan mengerahkan sejumlah kapal perang dalam latihan yang digelar selama tiga hari tersebut, termasuk kapal perusak Yinchuan (175) dan Fregat Hengshui (FFG-572) milik China, serta Korvet Sovershenny (333) milik Rusia.

Sementara, kantor berita negara Rusia, RIA mengutip Armada Pasifik Rusia melaporkan, Angkatan Laut Rusia dan Angkatan Laut Tiongkok melakukan penembakan artileri sebagai bagian dari latihan gabungan tersebut.

Latihan tersebut mengikuti penyelesaian patroli angkatan laut gabungan terpisah di Pasifik utara, yang menurut Kementerian Pertahanan Rusia sebelumnya melibatkan satu detasemen kapal Armada Pasifik Rusia, termasuk dua korvet, Rezky dan Gromky.

Wang Guangzheng dari Teater Selatan Angkatan Laut PLA mengatakan kepada penyiar negara Tiongkok CCTV bahwa: "patroli gabungan Tiongkok-Rusia telah mendorong kerja sama yang lebih dalam dan praktis antara keduanya dalam berbagai arah dan bidang."

"Dan secara efektif meningkatkan kemampuan kedua belah pihak untuk bersama-sama menanggapi ancaman keamanan maritim," katanya.

Angkatan Laut PLA menyebutkan, seluruh kapal yang berpartisipasi dalam latihan kali ini berangkat dari pelabuhan angkatan laut di Zhanjiang, Provinsi Guangdong, China selatan pada Hari Senin. Namun, tidak disebutkan secara pasti lokasi latihan tersebut digelar.

Diketahui, Negeri Tirai Bambu mengklaim kendali atas hampir seluruh Laut China Selatan, termasuk Second Thomas Shoal yang disengketakan, tempat Filipina mengandaskan kapal perang tua pada tahun 1999 untuk memperkuat klaim maritimnya.

Adapun China dan Rusia mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" pada tahun 2022, ketika Presiden Vladimir Putin mengunjungi Beijing beberapa hari sebelum ia mengirim ribuan pasukan ke Ukraina.