Bagikan:

JAKARTA - Usai buruknya performa Joe Biden dalam debat calon presiden, dukungan kepadanya kian menurun. Kabar terbaru menyebut para donor utama Partai Demokrat menunda sumbangan sebesar 90 juta dolar AS (Rp1,45 triliun) yang dijanjikan untuk kampanye Presiden Joe Biden selama ia tetap menjadi calon presiden dari partai tersebut karena tekanan yang meningkat.

Berdasarkan laporan media yang dikutip Sabtu, tekanan terhadap Biden untuk mengakhiri kampanye pemilihannya kembali semakin meningkat seiring sekitar 12 anggota Partai Demokrat di Capitol Hill mengeluarkan seruan publik agar Biden mundur menyusul kinerja debat yang buruk melawan mantan Presiden Donald Trump.

Melansir ANTARA, Sabtu, 13 Juli, sumbangan kepada super PAC pro-Biden, Future Forward, mencakup beberapa sumbangan senilai delapan digit AS, kata dua orang yang mengetahui masalah tersebut kepada surat kabar New York Times.

Kendati demikian, komite aksi politik tidak menanggapi permintaan komentar dan tidak menjelaskan para pendonor yang memutuskan untuk menahan pendanaan mereka. Future Forward dilaporkan sedang melakukan jeda terhadap keputusan-keputusan besar sampai kebuntuan tersebut terselesaikan.

Biden tetap teguh pada keinginannya untuk mencalonkan diri kembali meskipun ada tantangan politik dan ekonomi yang meningkat.

Tekanan yang meningkat dipicu oleh pertanyaan mengenai ketajaman mentalnya dan kemampuan setiap orang untuk memegang jabatan tertinggi Amerika pada usia 86 tahun yang akan dicapai Biden pada akhir masa dari potensi masa jabatan kedua.

"Saya pikir saya adalah orang yang paling memenuhi syarat untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Saya pernah mengalahkannya sekali dan saya akan mengalahkannya lagi,” kata presiden tersebut dalam konferensi pers, Kamis lalu.

Mengacu pada saingannya dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, Biden menekankan bahwa pencalonannya bukan untuk warisannya, namun untuk menyelesaikan pekerjaan yang dia mulai.

Seruan dari Partai Demokrat di Capitol Hill agar presiden mundur diperkirakan akan semakin meningkat setelah Biden menyelesaikan pertemuan puncak tiga hari para pemimpin NATO pada Kamis.