Bagikan:

JAKARTA - Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan pada Hari Selasa, Ia kemungkinan akan memberikan amnesti kepada sejumlah lawan politiknya yang tengah dipenjara, setelah ikut serta dalam protes ketika Ia terpilih kembali, namun kini sakit parah di penjara karena kanker.

Presiden Lukashenko berkuasa sejak 1994. Salah satu sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin ini dituduh lawan-lawannya dan kelompok hak asasi manusia Barat atas pelanggaran HAM dan memenjarakan lawan-lawannya atas berbagai tuduhan.

Protes di jalanan pecah di Belarusia, hal yang belum pernah terjadi sebelumnya, saat demonstran menuduh Lukashenko melakukan kecurangan dalam Pemilu, usai terpilih kembali untuk masa jabatan keenam pada tahun 2020.

Polisi kemudian melakukan penahanan para pengunjuk rasa secara massal, kelompok HAM mengatakan lebih dari 25.000 orang, dalam beberapa bulan setelah pemilihan.

"Jangan kaget jika orang-orang kita yang sakit parah, itulah yang ditulis tentang mereka, dibebaskan dalam beberapa hari," kata Presiden Lukashenko dalam sebuah pertemuan yang menandai hari libur nasional, menurut kantor berita resmi BelTA, melansir Reuters 3 Juli.

"Mereka yang tidak melarikan diri ke tempat-tempat yang tidak terlalu jauh dan yang menghancurkan atau merusak negara pada tahun 2020. Orang-orang ini benar-benar sakit, sebagian besar menderita kanker," lanjutnya.

Presiden Lukashenko tidak menyebutkan siapa saja yang mungkin memenuhi syarat untuk amnesti, yang waktunya bertepatan dengan hari libur dan pembebasan ibu kota Minsk dari penjajah Nazi pada Perang Dunia Kedua.

Kelompok hak asasi oposisi Vyasna mencatat ada sekitar 1.403 tahanan politik di negara pecahan Soviet tersebut. Dikatakan hingga Mei, 254 tahanan politik yang kesehatannya berisiko, termasuk 92 orang yang sakit parah dan 63 orang berusia di atas 60 tahun.

Sementara, layanan berbahasa Belarusia dari Radio Liberty yang didanai AS mengatakan, mereka yang menderita kanker termasuk politisi daerah Grigory Kostusyov, jurnalis Kseniya Lutskina, musisi Pavel Kuchinsky, aktivis agama Pavel Kuchinsky dan Ruslan Slutsky, yang dituduh menyabotase jalur kereta api.

Sedangkan sebagian besar lawan Lukashenko yang paling menonjol telah melarikan diri ke luar negeri, banyak di antaranya ke negara tetangga Lithuania dan Polandia. Mereka yang berada di pengasingan termasuk kandidat presiden yang kalah Svitlana Tikhanouskaya, yang sekarang memimpin oposisi.

Cengkeraman Lukashenko pada kekuasaan diperkuat setelah Presiden Putin meyakinkannya akan dukungan pada tahun 2020 di tengah protes. Pemimpin Belarusia pada tahun 2022 mengizinkan wilayah negaranya digunakan sebagai pos persiapan untuk invasi Rusia ke Ukraina.