Bagikan:

JAKARTA - Palestinian Prisoner's Society (PPS) mengatakan beberapa tahanan dari Jalur Gaza, yang ditahan di penjara-penjara pendudukan Israel, telah diamputasi anggota badannya tanpa bius.

Dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari WAFA 3 Juli, PPS mengatakan beberapa tahanan diamputasi anggota tubuhnya karena luka-luka yang diderita akibat belenggu dan borgol selama masa penahanan.

PPS menunjukkan para tahanan dikekang, diborgol, dibelenggu dan ditutup matanya sepanjang waktu. Selain itu, para tahanan menjadi sasaran pemukulan dengan menggunakan segala cara dan alat, termasuk menyerang mereka dengan tongkat dan anjing polisi. Para tahanan juga mengalami kelaparan dan penghinaan.

"Pendudukan mencegah para tahanan untuk berkomunikasi satu sama lain. Jika para tahanan mencoba untuk berbicara satu sama lain, mereka menjadi sasaran penyiksaan dan hukuman. Beberapa kesaksian melaporkan, mereka mengalami kekerasan seksual dan pemerkosaan," menurut pernyataan tersebut.

Lembaga pemasyarakatan juga mengatakan, para tahanan dipaksa untuk menggunakan sepatu mereka sebagai bantal dan dilarang untuk berdoa atau melakukan ritual keagamaan. Waktu mandi dan menggunakan kamar mandi juga dibatasi hanya satu menit.

Kesaksian-kesaksian ini muncul setelah kunjungan terbatas para pengacara ke sejumlah tahanan Gaza, termasuk kunjungan ke kamp Sde Teman, di mana para tahanan menghadapi penganiayaan brutal, termasuk penyiksaan dan kejahatan medis, di samping pelanggaran hak asasi manusia lainnya.

Para tahanan Gaza tersebar di beberapa penjara lain, di mana mereka juga menghadapi penyiksaan sistematis.

PPS mengatakan, "kesaksian para tahanan Gaza mencerminkan tingkat penyiksaan, pelecehan, dan kelaparan paksa oleh penjajah Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Jumlah tahanan Palestina yang terbunuh di penjara dan kamp-kamp penahanan Israel akibat penyiksaan sejak dimulainya agresi dan genosida Israel pada 7 Oktober 2023, merupakan yang tertinggi dalam sejarah gerakan tahanan Palestina. Mayoritas tahanan berasal dari Gaza.

PPS mengatakan, hingga saat ini ribuan keluarga tidak mengetahui nasib anak-anak mereka yang ditahan, terutama setelah serangan 7 Oktober ke wilayah selatan Palestina.

PPS menegaskan upaya yang terus dilakukan dengan beberapa organisasi hak asasi Palestina dan organisasi lainnya di dalam wilayah pendudukan, guna mengetahui keberadaan mereka dan mengupayakan kunjungan, yang dilakukan di bawah pembatasan dan hambatan yang ketat.

Jumlah total warga Palestina yang ditahan setelah 7 Oktober sejauh ini telah meningkat menjadi sekitar 9.490 orang, termasuk mereka yang ditahan di rumah-rumah mereka dan di pos-pos pemeriksaan militer, dan mereka yang dipaksa untuk menyerahkan diri di bawah tekanan.