Bagikan:

JAKARTA - Presiden Mahmoud Abbas memuji keteguhan para tahanan Palestina yang ditahan di penjara pendudukan Israel, mengutuk keras penyiksaan brutal yang mereka alami oleh otoritas pendudukan, menyoroti apa yang dialami oleh Marwan Barghouti, anggota Komite Sentral Gerakan Fatah dan para pemimpin tahanan.

Presiden Abbas menekankan, "Apa yang dialami para tahanan di penjara pendudukan terjadi dalam konteks agresi menyeluruh yang dialami rakyat Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat dan Yerusalem," melansir WAFA 29 Oktober.

Lebih lanjut Ia menegaskan, kejahatan Israel tidak akan berhasil mematahkan keteguhan para tahanan heroik, yang membayar kebebasan mereka sebagai harga untuk martabat tanah air dan rakyat mereka.

Presiden Abbas meminta organisasi internasional, khususnya organisasi hak asasi manusia, untuk segera campur tangan dan melaksanakan tanggung jawab mereka sesuai dengan perjanjian internasional tentang tahanan, untuk memaksa negara pendudukan menghentikan kejahatannya yang meningkat terhadap mereka.

marwan barghouti
Penangkapan Marwan Barghouti dalam Operation Defensice Shield tahun 2002. (Wikimedia Commons/IDF Spokesperson's Unit)

Sebelumnya, kelompok pendukung tahanan Palestina menuduh Israel "menyerang secara brutal" Marwan Barghouti, tahanan Palestina paling terkemuka dalam tahanan Israel, yang mengakibatkannya luka-luka.

Dalam pernyataan bersama pada Hari Senin, Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan dan Masyarakat Tahanan Palestina mengatakan pada Hari Senin, Barghouti diserang pada tanggal 9 September saat ditahan di sel isolasi di Penjara Megiddo, Israel, dikutip dari Al Jazeera.

Akibat penyerangan tersebut, Barghouti, yang disebut "Nelson Mandela Palestina" oleh para pendukungnya, mengalami banyak luka, terutama di tubuh bagian atas, kata pernyataan tersebut.

Politikus Fatah, yang telah dipenjara selama lebih dari dua dekade, menderita luka di kepala, telinga, tulang rusuk, lengan kanan dan punggung, kata pernyataan tersebut, mengutip seorang pengacara yang baru dapat mengumpulkan informasi setelah berbulan-bulan dilarang menghubungi tahanan.

Barghouti menderita pendarahan di telinga kanannya, yang kemudian berubah menjadi infeksi akibat kelalaian medis, menurut pernyataan tersebut.

Pria berusia 64 tahun itu dilaporkan diserang bersama dengan sekelompok tahanan Palestina lainnya.

Komisi tersebut menambahkan, warga Palestina ditahan dalam "kondisi tragis", terutama selama setahun terakhir selama perang di Gaza.