Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah Bolivia pada Hari Senin membantah tuduhan melakukan serangan terarah terhadap mantan Presiden Evo Morales, yang mobilnya ditembaki pada Hari Minggu, dengan mengklaim konvoi mantan pemimpin tersebut telah menembaki polisi antinarkoba khusus yang sedang melakukan patroli.

Menteri Dalam Negeri Eduardo del Castillo mengatakan dalam sebuah konferensi pers, unit antiperdagangan narkoba FELCN sedang melakukan patroli jalan raya standar ketika konvoi Morales menembaki polisi dan menabrak seorang petugas, melansir Reuters 29 Oktober.

Morales mengatakan dalam sebuah wawancara radio pada Hari Minggu, dia memang telah membalas tembakan ke arah polisi setelah mereka melepaskan tembakan.

Menurut pemerintah, kendaraan Morales diduga mengangkut narkoba.

Mantan presiden itu menyebut tuduhan bahwa pihak berwenang tengah melakukan operasi antiperdagangan narkoba itu salah.

"Jika memang begitu, mengapa tim elit militer dan polisi Anda menembaki lebih dari 18 kali kendaraan yang saya tumpangi?" tulisnya di X.

Del Castillo menambahkan, Morales telah memerintahkan kendaraannya untuk dibakar setelah kejadian itu, menghancurkan semua bukti sebelum dapat dikumpulkan.

"Jika dia benar-benar menjadi korban percobaan pembunuhan, akan menjadi kepentingannya untuk membiarkan kendaraannya tetap utuh" sehingga penyidik ​​dapat menggeledahnya untuk mengumpulkan bukti, kata del Castillo.

"Tuan Morales, tidak ada yang percaya sandiwara yang Anda buat," kata del Castillo dalam konferensi pers.

Sebelumnya, Morales mengklaim pemerintah berusaha membunuhnya ketika peluru mengenai mobilnya pada Hari Minggu pagi, menandai babak baru ketegangan di negara Andes tersebut antara Morales dan mantan sekutunya, Presiden Luis Arce.

Ketegangan yang meningkat antara presiden saat ini dan mantan presiden serta para pengikut mereka mengancam akan memicu krisis politik di Bolivia menjelang pemilihan umum tahun depan.

Morales, yang menjabat tiga periode sebagai presiden, mengundurkan diri pada tahun 2019 setelah pemilihan umum yang disengketakan yang menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan. Arce, mantan menteri ekonominya, terpilih pada tahun berikutnya.

Petahana Arce diperkirakan akan mencalonkan diri kembali pada tahun 2025. Sementara, Morales juga mengatakan ingin menjadi kandidat, yang memecah partai MAS yang pernah hegemonik menjadi kubu-kubu yang berseberangan yang mendukung presiden saat ini dan mantan presiden.