JAKARTA - Juan Evo Morales Ayma atau Evo Morales adalah presiden Bolivia yang merupakan pemimpin partai buruh, beraliran kekirian. Dia adalah golongan pribumi yang menjadi presiden, sejak 2006 hingga sekarang.
Pria berambut nyentrik ini lahir di Isallavi Bolivia pada 26 Oktober 1959. Morales merupakan seorang keturunan suku Indian yang menjadi anggota dari kelompok adat Aymara.
Morales tumbuh di sebuah desa pertambangan. Masa kecilnya banyak diisi dengan menggembala Ilama.
Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah dan mengikuti wajib militer di Bolivia, ia bermigrasi bersama keluarganya ke wilayah Chapare di Bolivia Timur. Di sana mereka bertani tanaman koka (tanaman yang digunakan dalam produksi kokain). Koka adalah tanaman tradisional di wilayah tersebut.
Awal 1980-an, Morales mulai aktif di kegiatan sosial. Ia aktif dalam kelompok serikat petani koka regional. Pada 1985 ia terpilih sebagai sekretaris jenderal pada serikat tersebut.
Tiga tahun kemudian ia terpilih sebagai sekretaris eksekutif federasi petani koka. Pada pertengahan 1990-an, ketika pemerintah Bolivia dibantu pemerintah Amerika Serikat menekan produksi koka, Morales membantu mendirikan partai politik beraliran kiri bernama Movimiento al Socialismo (MAS). Bersama partai ini, dia melakukan perlawanan. Pada saat yang sama, partai ini juga menjadi representasi federasi petani koka.
Lewat partainya tersebut, Morales mendapatkan kursi di House of Deputies (majelis rendah legislatif Bolivia) pada 1997. Lima tahun kemudian, ia menjadi kandidat presiden dari partai MAS, namun kalah tipis dari Gonzalo Sanchez de Lozada.
Dalam kampanyenya, Morales konsisten membawa narasi pembelaannya terhadap petani koka. Saat pilpres melawan Lozada, Morales menyerukan pengusiran kepada agen-agen Anti Narkoba dari Amerika Serikat.
Meski kalah, pada tahun-tahun berikutnya Morales tetap aktif dalam urusan nasional. Dia membantu mendorong pengunduran diri Lozada pada 2003 dan mengurus konsensus untuk calon penggantinya yakni Carlos Mesa Gisbert. Tujuannya, mengubah kampanye pemberantasan produksi koka ilegal.
Pada 2005, Morales kembali mencalonkan diri sebagai presiden. Kali ini ia menang telak dengan perolehan suara 54 persen. Ia menjadi preisden dari suku Indian pertama di negara tersebut sejak 1982. Sebelumnya presiden Bolivia berasal dari keturunan Spanyol.
Pada hari ini, 22 Januari, 14 tahun lalu, dia dilantik jadi presiden. Dalam pidato pelantikannya, ia berjanji akan mengurangi kemiskinan khususnya para penduduk Indian di negara tersebut. Mayoritas penduduk di sana berada di bawah garis kemiskinan.
Dia juga mencabut kebijakan pembatasan petani koka, meremajakan kembali sektor energi negara itu, memerangi korupsi, dan meningkatkan pajak bagi orang kaya.
Masa-masa jadi presiden
Salah satu gebrakan Morales adalah menggagas untuk menulis ulang konstitusi Bolivia. Tujuannya, untuk meningkatkan hak-hak golongan penduduk pribumi, membuat kebijakan nasionalisasi aset dan redistribusi tanah, dan memungkinkan seorang presiden untuk menjadi presiden dalam dua periode. Namun referendum untuk meloloskan gagasannya itu gagal memenangkan suara mayoritas di Majelis Konstitusi.
Meski begitu, Morales tetap melanjutkan program untuk menasionalisasi ladang gas dan industri minyak Bolivia.
Dia juga menandatangani undang-undang reformasi tanah yang berisi menyerukan pengambilalihan tanah tak produktif milik warga dan meredistribusikannya pada masyarakat miskin yang membutuhkan.
Kebijakan redistribusi lahan itu lantas menuai gejolak dari provinsi-provinsi kaya di Bolivia. Bahkan, empat provinsi mendorong diadakan referendum pada 2008 agar dibuat undang-undang otonomi daerah. Namun Morales menolak referendum tersebut karena dianggap ilegal.
Ketegangan meningkat, dan gerakan unjuk rasa pecah setelah itu. Hingga referendum untuk yang ketiga kalinya dalam masa pemerintahannya digelar. Kali ini untuk menentukan apakah kepemimpinan Morales disudahi atau lanjut. Referendum yang digelar Agustus 2008 tersebut memilih Morales untuk melanjutkan pemerintahannya.
Hingga saat ini, seharusnya Morales masih menjabat sebagai presiden Bolivia untuk periode ketiga kalinya. Namun kemenangannya pada Pilpres Oktober 2019 digugat rival politiknya atas tuduhan banyak kecurangan. Ia lalu menyatakan mundur dari jabatannya pada 10 November 2019.