Lagi-Lagi Pemilu Ditunda, Warga Bolivia Demonstrasi Besar-besaran
Pendukung memberi penghormatan pada Evo Morales (Twitter/@evoespueblo)

Bagikan:

JAKARTA - Penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) telah memancing kerusuhan besar di Bolivia. Para pengunjuk rasa yang notabene pendukung mantan Presiden, Evo Morales memblokade jalan di enam dari sembilan kawasan yang ada di Bolivia selama berhari-hari.

Pemilu yang seharusnya dilaksanakan pada 6 September, kini kembali diundur jadi 18 Oktober. Otoritas keamanan Bolivia meminta seluruh pemimpin kelompok politik untuk berdialog dalam rangka meredakan ketegangan.

Petinggi kepolisian Bolivia, Ronald Suarez mengatakan, "Solusi segera untuk konflik melalui cara-cara pencegahan dan dialog, menghindari tindakan konfrontatif yang dapat meningkatkan konflik."

Tak hanya itu, seorang jenderal di Angkatan Bersenjata Bolivia, Sergio Orella mengatakan, jika petinggi politik tak segera mengambil tindakan, maka militer akan bertindak. Di mata mereka, blokade telah nampak menyerupai terorisme.

"Di media sosial, ada video orang-orang bersenjata dan sekelompok orang. Ini terorisme. Dan terorisme secara langsung memengaruhi keamanan negara," kata Orella dikutip CNA, Selasa, 11 Agustus.

Tercatat, massa yang tergabung dalam aksi unjuk rasa sebagian berasal dari kalangan petani dan masyarakat adat. Mereka menganggap penundaan pemilu karena mewabahnya pandemi COVID-19 hanya akal-akalan pihak lawan yang masih membutuhkan waktu dalam mencari dukungan.

Atas penundaan tersebut, tak sedikit petinggi politik yang menyalahkan kepemimpinan Presiden sementara Bolivia, Jeanine Anez di balik ditundanya pemilu sebanyak dua kali. Penundaan yang memicu terjadinya gangguan keamanan nasional.

Sejauh ini Bolivia telah mengonfirmasi 91.635 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 3.712 kasus meninggal dunia.