Pemodelan Ulang Efek Ledakan Dahsyat di Beirut
Citra satelit dari dampak ledakan Beirut (dok. Advanced Rapid Imaging and Analysis (ARIA) NASA dan Earth Observatory of Singapore (EOS))

Bagikan:

JAKARTA - Belum lama ini ledakan dahsyat terjadi di Kota Beirut, Libanon. Ledakan tersebut telah meninggalkan luka cukup mendalam bagi masyarakat karena telah memakan banyak korban jiwa dan membuat ratusan orang kehilangan tempat tinggal.

Dampak ledakan juga meninggalkan cekungan kawah yang cukup besar di lokasi kejadian. Melalui citra satelit, tim penyelamat telah memetakan dampak kerusakan dari ledakan yang terjadi pada Rabu pagi 5 Agustus itu.

Mengutip laman Earthobservatory, bekerja sama dengan tim Advanced Rapid Imaging and Analysis (ARIA) NASA dan Earth Observatory of Singapore (EOS), peneliti mereka ulang efek ledakan dahsyat yang diduga terjadi akibat senyawa amonium nitrat tersebut. Hasilnya efek kejut yang dihasilkan dari ledakan juga merusak bangunan dan area yang berada jauh lokasi kejadian.

Terlihat jelas pada gambar di peta, piksel warna merah tua seperti yang ada di dan sekitar Pelabuhan Beirut menunjukkan kerusakan paling parah. Area berwarna jingga rusak sedang dan area berwarna kuning kemungkinan mengalami kerusakan yang tidak terlalu parah. Setiap piksel berwarna mewakili area seluas 30 meter.

"Pengamatan dan analisis kami dapat membantu mitra kami meningkatkan kesadaran situasional mereka tentang risiko sistemik dan peristiwa waktu nyata, yang mengarah pada keputusan yang lebih tepat dan tindakan awal," ungkap Kepala tim Aplikasi Bencana NASA, David Green, Selasa 11 Agustus.

Hasil pemetaan ulang ini dapat membantu tim SAR memetakan area kerusakan dan misi penyelamatan warga sekitar. Tingkat kerusakan di area tertentu dapat menjadi indikator besar bagi personel darurat yang ingin mencoba menemukan korban selamat di antara reruntuhan.

Sebaran kerusakan dari ledakan di Beirut (dok. Advanced Rapid Imaging and Analysis (ARIA) NASA dan Earth Observatory of Singapore (EOS)

"Kami melihat area populasi yang mungkin terpapar dan infrastruktur yang rapuh, serta area yang mengalami tekanan dan krisis sosial. Kami memodelkan dan memetakan risiko, sekaligus melacak emisi, puing, kerusakan infrastruktur, dan efek lainnya," lanjut David.

Diberitakan sebelumnya, ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut diduga berasal dari 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di gudang dekat pelabuhan dalam enam tahun. Hal itu lah yang menyebabkan dua ledakan besar menimpa seluruh kota Beirut pekan lalu.

Hingga kini pemerintah setempat masih mendata kerugian yang diperkirakan mencapai 10 hingga 15 juta dolar AS atau setara dengan RP219 miliar. Dampak ledakan juga membuat lebih dari ratusan orang terpaksa kehilangan tempat tinggalnya.