JAKARTA – Memori hari ini, empat tahun yang lalu, 10 Agustus 2020, Hassan Diab mengundurkan diri dari jabatan Perdana Menteri (PM) Lebanon. Pengunduran diri itu dilakukan karena mengikuti tuntutan rakyat yang menginginkan dirinya mundur imbas ledakan besar di Beirut.
Sebelumnya, ledakan besar terjadi di sekitar pelabuhan Beirut. Ratusan orang meninggal dunia dalam ledakan. Seisi dunia pun ikut berduka atas tragedi yang terjadi. Rakyat Lebanon pun bergerak meminta pemerintah bertanggung jawab.
Seisi Lebanon heboh karena ledakan besar terjadi pada pukul 18:00 di kawasan sekitar pelabuhan Beirut pada 4 Agustus 2020. Ledakan itu mengguncang seluruh Ibu Kota Lebanon. Guncangannya saja bisa dirasakan hingga ke Siprus yang jaraknya ratusan mil.
Ledakan Beirut bak bencana gempa bumi dengan kekuatan 3,3 skala richter. Imbasnya ke mana-mana. Banyak bangunan rusak parah hingga jendela-jendela gedung pecah. Jendela kendaraan pun demikian. Ratusan orang lalu jadi korban meninggal dunia.
Kepanikan muncul setelahnya. Rakyat Lebanon mulai berspekulasi terkait ledakan. Ada yang menyebut tindakan terorisme. Israel pun sempat dibawa-bawa sebagai pelaku serangan, tapi Israel langsung keberatan dan menolak anggapan itu.
Belakangan pemerintah Lebanon menyebutkan ledakan dipicu dari gudang amunisi di kawasan Pelabuhan Lebanon. Empunya kuasa menuturkan ledakan bersumber dari 2.700 ton amonium nitrat yang disimpan di sebuah gedung di dermaga sejak disita dari sebuah kapal kargo pada tahun 2014.
Amonium nitrat sendiri merupakan senyawa kimia. Senyawa itu kerap digunakan untuk meningkatkan kandungan nitrogen pada pupuk pertanian. Alhasil, amonium nitrat tak dapat terkena api. Sekalinya terpicu, efek ledakan dahsyat pun muncul dan itu yang terjadi di Lebanon.
Peristiwa itu lalu mendapatkan sorotan dunia. Seisi dunia lalu mengucapkan kedukaan yang amat dalam bagi rakyat Lebanon.
"Apa yang terjadi hari ini tidak akan berlalu tanpa pertanggungjawaban. Mereka yang bertanggung jawab atas bencana ini akan membayar harganya. Apa yang terjadi hari ini tidak akan berlalu tanpa pertanggungjawaban.”
“Mereka yang bertanggung jawab atas bencana ini akan membayar harganya. Saya mengirim permohonan mendesak ke semua negara yang berteman dan bersaudara dan mencintai Lebanon, untuk berdiri di sisinya dan membantu kami mengobati luka yang dalam ini," ujar PM Lebanon, Hassan Diab sebagaimana dikutip laman Detik.com, 5 Agustus 2020.
BACA JUGA:
Rakyat Lebanon tak mau gegabah dengan menyalahkan pihak lain terlibat dalam bencana itu. Apalagi ada andil sabotase negara lain. Mereka melihat pemerintah Lebanon jadi pihak yang paling disalahkan. Pemerintah telah abai dengan menelantarkan begitu saja bahan berbahaya di Pelabuhan Beirut.
Aksi demonstrasi meminta pertanggungjawaban pemerintah pun muncul di Lebanon. Mereka menuntut pemimpin negeri itu, termasuk Hassan Diab mundur dari jabatannya. PM Lebanon itu dianggap tak becus bekerja dan abai.
Desakan mundur kian deras. Alhasil, satu demi satu menteri di pemerintah Hassan Diab mengundurkan diri. Hassan Diab sendiri kemudian secara resmi mengundurkan diri pada 10 Agustus 2020. Pengunduran diri itu sebagai bentuk tanggung jawabnya karena tidak becus bekerja.
"Hari ini kami mendengarkan rakyat dan tuntutan mereka untuk meminta pertanggungjawaban atas bencana yang telah tersimpan selama 7 tahun. Inilah mengapa hari ini saya mengumumkan pengunduran diri pemerintah. "Korupsi mereka menciptakan tragedi ini. Di antara kami dan perubahan berdiri tembok tebal yang dilindungi oleh taktik kotor mereka,” tutur Hassan Diab dikutip laman kompas.com sehari setelahnya, 11 Agustus 2020.