Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova memperingatkan pada Hari Rabu, negara itu memiliki "sejumlah besar" aset dan properti Barat di wilayahnya yang dapat menjadi target pembalasan oleh Moskow, jika Barat menyita pendapatan dari aset Rusia untuk Ukraina.

Para pemimpin negara Kelompok Tujuh (G7) sepakat untuk menggunakan bunga dari aset Rusia yang dibekukan di Barat untuk memberikan pinjaman 50 miliar dolar AS kepada Ukraina, pada pertemuan puncak di Italia minggu lalu

Rusia mengatakan tindakan itu ilegal dan akan berbalik melawan Barat dengan merusak kepercayaan pada sistem keuangan global.

"Negara kami memiliki sejumlah besar dana dan properti Barat yang berada di bawah yurisdiksi Rusia. Semua ini mungkin menjadi sasaran kebijakan pembalasan Rusia dan tindakan pembalasan," kata Zakharova kepada wartawan, dilansir dari Reuters 20 Juni.

"Tentu saja, tidak seorang pun akan mengungkapkan sifat tindakan pembalasan ini kepada Anda. Namun, gudang tindakan balasan politik dan ekonomi sangat luas," tegasnya.

Para ekonom, pengacara dan pakar mengatakan, salah satu tindakan Rusia yang paling mungkin adalah menyita aset keuangan dan surat berharga milik investor asing yang saat ini disimpan dalam akun khusus "tipe-C", yang aksesnya telah diblokir sejak dimulainya perang kecuali Moskow memberikan keringanan.

Sebelumnya, sekitar 260 miliar euro (281 miliar dolar AS) dalam bentuk aset Rusia seperti cadangan bank sentral telah dibekukan berdasarkan sanksi yang dijatuhkan atas perang Moskow di Ukraina. Sekitar 190 miliar euro dari aset tersebut disimpan di Euroclear, lembaga penyimpanan surat berharga sentral yang berbasis di Belgia.

Para pejabat Uni Eropa mengatakan kepada Reuters minggu lalu, blok tersebut mungkin akan memberikan sekitar setengah dari pinjaman 50 miliar dolar AS kepada Ukraina.

Namun, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, tuan rumah KTT G7, kemudian mengatakan uang tersebut akan berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris dan mungkin Jepang, bahwa negara-negara UE tidak akan terlibat secara langsung untuk saat ini.

Zakharova mengatakan Rusia telah menerima "sinyal langsung" dari beberapa negara G7, mereka tidak akan mengambil bagian dalam tindakan tersebut "karena mereka memahami biayanya akan sangat menyakitkan".

Kendati demikian, dia tidak menyebutkan nama negara atau memberikan rincian lebih lanjut untuk mendukung pernyataan itu.

Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin Jumat pekan lalu mengatakan, rencana negara Barat memberikan pinjaman kepada Ukraina dengan menggunakan bunga dari aset Rusia yang dibekukan di luar negeri merupakan pencurian dan tidak akan luput dari hukuman.

"Terlepas dari semua kepura-puraan, pencurian akan tetap menjadi pencurian. Dan itu tidak akan luput dari hukuman," tegas Presiden Putin.

"Sekarang menjadi jelas bagi semua negara, perusahaan (dan) dana pemerintah, bahwa aset dan cadangan mereka jauh dari aman dalam arti hukum dan ekonomi," jelasnya.

"Siapapun bisa menjadi sasaran berikutnya untuk diambil alih oleh AS dan Barat," tandas Presiden Putin.

Presiden Putin berbicara sehari setelah para pemimpin Kelompok Tujuh (G7), negara-negara demokrasi besar, menyetujui kesepakatan garis besar untuk memberikan pinjaman sebesar 50 miliar dolar AS untuk Ukraina.

Pinjaman itu menggunakan bunga dari aset-aset negara Rusia yang dibekukan setelah Moskow mengirimkan puluhan ribu tentara ke Ukraina pada tahun 2022, yang disebut sebagai operasi militer khusus.