JAKARTA - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell pada Hari Senin mengatakan, blok tersebut telah menemukan solusi terkait penggunaan aset Rusia yang dibekukan, setelah pekan lalu para menteri keuangan menggelar pertemuan.
Borrel mengatakan, ia akan mengajukan sebuah proposal mengenai bagaimana menghindari negara anggota yang memblokir penggunaan dana dari dana keuangan Rusia yang dibekukan untuk mendukung Ukraina.
"Kami memiliki prosedur hukum untuk menghindari segala jenis pemblokiran," kata Borrell sebelum pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg, melansir Reuters 24 Juni.
Diberitakan sebelumnya, negara-negara Uni Eropa akan menyediakan hingga 60 persen dari pinjaman sebesar 50 miliar dollar AS yang telah dijanjikan oleh negara-negara demokrasi utama Kelompok Tujuh (G7) untuk Ukraina.
Pinjaman ke Ukraina ini disokong oleh pendapatan dari aset-aset Rusia yang dibekukan, kata menteri perekonomian Italia.
Rencana G7 untuk Ukraina didasarkan pada pinjaman multi-tahun yang menggunakan bunga dari sekitar 300 miliar dollar AS dana negara Rusia yang disita, yang sebagian besar diblokir di Uni Eropa.
Berbicara di sela-sela pertemuan para menteri keuangan Eropa di Luksemburg pekan lalu, Menteri Ekonomi Italia Giancarlo Giorgetti mengatakan negara-negara UE akan berkontribusi antara "50 dan 60 persen" dari pencairan pinjaman. Itu artinya, pinjaman yang dicairkan untuk Ukraina bisa mencapai 30 miliar dollar AS.
Pernyataannya tampaknya bertentangan dengan pernyataan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, yang pada akhir KTT G7 di Italia bulan ini mengatakan negara-negara Eropa saat ini tidak akan terlibat langsung dalam penerbitan pinjaman sebesar 50 miliar dollar AS.
“Kami akan mulai mendiskusikan porsinya untuk AS, Kanada, Jepang dan Inggris,” tambah Giorgetti.
Diketahui, cadangan bank sentral Rusia dan aset negara lainnya dibekukan berdasarkan sanksi G7 yang diberlakukan atas invasi Moskow ke Ukraina pada Februari 2022.
Sekitar 190 miliar euro dari aset-aset tersebut disimpan di Euroclear, lembaga penyimpanan sekuritas sentral yang berbasis di Belgia, menjadikan UE sebagai pemain kunci dalam setiap rencana untuk memanfaatkan aset-aset tersebut.
Rusia sendiri dengan tegas menentang rencana tersebut, memperingatkan konsekuensi yang ditimbulkan. Presiden Putin mengatakan itu sebagai pencurian dan akan ada hukumannya. Sedangkan juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova memperingatkan tindakan balasan dengan menyita dana dan properti Barat di bawah yurisdiksi Rusia.
BACA JUGA:
Para ekonom, pengacara dan pakar mengatakan, salah satu tindakan Rusia yang paling mungkin adalah menyita aset keuangan dan surat berharga milik investor asing yang saat ini disimpan dalam akun khusus "tipe-C", yang aksesnya telah diblokir sejak dimulainya perang kecuali Moskow memberikan keringanan.
Zakharova mengatakan Rusia telah menerima "sinyal langsung" dari beberapa negara G7, mereka tidak akan mengambil bagian dalam tindakan tersebut "karena mereka memahami biayanya akan sangat menyakitkan".
Kendati demikian, dia tidak menyebutkan nama negara atau memberikan rincian lebih lanjut untuk mendukung pernyataan itu.