JAKARTA - Negara-negara Uni Eropa akan menyediakan hingga 60 persen dari pinjaman sebesar 50 miliar dollar AS yang telah dijanjikan oleh negara-negara demokrasi utama Kelompok Tujuh (G7) untuk Ukraina.
Pinjaman ke Ukraina ini disokong oleh pendapatan dari aset-aset Rusia yang dibekukan, kata menteri perekonomian Italia.
Rencana G7 untuk Ukraina didasarkan pada pinjaman multi-tahun yang menggunakan pendapatan masa depan dari sekitar 300 miliar dollar AS dana negara Rusia yang disita, yang sebagian besar diblokir di Uni Eropa.
Dilansir dari Reuters, Sabtu, 22 Juni, berbicara di sela-sela pertemuan para menteri keuangan Eropa di Luksemburg, Menteri Ekonomi Italia Giancarlo Giorgetti mengatakan negara-negara UE akan berkontribusi antara “50 dan 60 persen” dari pencairan pinjaman. Itu artinya, pinjaman yang dicairkan untuk Ukraina bisa mencapai 30 miliar dollar AS.
BACA JUGA:
Pernyataannya tampaknya bertentangan dengan pernyataan Perdana Menteri Giorgia Meloni, yang pada akhir KTT G7 di Italia bulan ini mengatakan negara-negara Eropa saat ini tidak akan terlibat langsung dalam penerbitan pinjaman sebesar 50 miliar dollar AS.
“Kami akan mulai mendiskusikan porsinya untuk AS, Kanada, Jepang, dan Inggris,” tambah Giorgetti.
Cadangan bank sentral Rusia dan aset negara lainnya dibekukan berdasarkan sanksi G7 yang diberlakukan atas invasi Moskow ke Ukraina pada Februari 2022.
Sekitar 190 miliar euro dari aset-aset tersebut disimpan di Euroclear, sebuah lembaga penyimpanan sekuritas sentral yang berbasis di Belgia, menjadikan UE sebagai pemain kunci dalam setiap rencana untuk memanfaatkan aset-aset tersebut. Amerika Serikat memiliki sekitar 5 miliar dollar AS.