Bagikan:

JAKARTA - Presiden Vladimir Putin mengatakan, persahabatan Rusia dengan Vietnam teruji oleh waktu, saat Ia mengunjungi negara itu usai berkunjung ke Korea Utara dan menggelar pertemuan dengan Kim Jong-un.

Presiden Putin tiba di Noi Bai International Airport, Hanoi pada Kamis dinihari. Ia disambut oleh Deputi Perdana Menteri Tran Hong Ha dan diplomat senior Le Hoai Trung, melansir Reuters 20 Juni.

Dalam sebuah artikel di surat kabar Nhan Dan yang diterbitkan dalam rangka kunjungannya Presiden Putin menuliskan, Vietnam dan Rusia memiliki penilaian yang sama terhadap situasi di kawasan Asia-Pasifik. Kedua negara juga mendukung pembangunan arsitektur keamanan Eurasia yang baru.

"Kami sangat menghargai fakta bahwa negara kami memiliki pendekatan yang sama atau serupa terhadap isu-isu mendesak dalam agenda internasional. Kami bekerja sama secara erat dalam forum-forum internasional utama, terutama di PBB," tulis Presiden Putin, dikutip dari TASS.

"Kami memiliki penilaian yang sama tentang situasi di kawasan Asia-Pasifik. Kami melihat Vietnam sebagai mitra yang berpikiran sama dalam membentuk arsitektur baru keamanan Eurasia yang setara dan tak terpisahkan dengan dasar yang inklusif dan tidak diskriminatif," lanjutnya.

Ini merupakan kali kelima Ia mengunjungi negara itu, memimpin delegasi yang akan menggelar pembicaraan dengan para pemimpin tinggi Vietnam, membahas situasi di kedua negara dan dunia, khususnya, isu-isu yang menjadi kepentingan bersama, termasuk perdamaian, kerja sama, dan pembangunan.

"Merupakan suatu simbol kunjungan kami berikutnya ke Vietnam akan berlangsung sekitar tanggal yang menandai peringatan 30 tahun Perjanjian Rusia-Vietnam tentang Dasar-dasar Hubungan Persahabatan. Dokumen strategis ini membuka peluang besar untuk memperkuat dan mengembangkan seluruh rangkaian hubungan bilateral, memberi mereka dorongan yang kuat dan meningkatkan dinamika mereka pada tahap sejarah baru," tulisnya, mengutip situs Kremlin.

"Tradisi persahabatan dan dukungan timbal balik yang telah teruji dari waktu ke waktu ini, memberikan landasan yang kokoh untuk memajukan hubungan bilateral kemitraan strategis yang komprehensif," tandasnya.

Vietnam sendiri telah bersiap untuk menyambut Presiden Putin yang terakhir kali berkunjung tahun 2017 lalu. Ia dijadwalkan bertemu dengan Pemimpin Partai Komunis Nguyen Phu Trong, Presiden negara bagian To Lam dan Perdana Menteri Pham Minh Chinh.

Pemimpin Rusia tersebut juga akan menghadiri upacara peletakan karangan bunga, termasuk di Mausoleum Ho Chi Minh, yang menyimpan jenazah pemimpin pendiri Vietnam. Kedua negara secara historis memiliki hubungan dekat dan memiliki akar Komunis yang sama. Puluhan ribu kader belajar di bekas Uni Soviet selama Perang Dingin, termasuk kepala Partai Komunis Vietnam saat ini, Trong.

"Presiden Vladimir Putin adalah orang yang telah memberikan banyak kontribusi bagi hubungan Vietnam-Rusia. Ia selalu memiliki perasaan dan perhatian yang baik terhadap Vietnam dan menghargai hubungan dengan para pemimpin senior Vietnam," kata surat kabar Kementerian Pertahanan Quan Doi Nhan Dan dalam sebuah artikel.

Rusia secara historis telah menjadi pemasok militer utama Vietnam, jadi setiap potensi kesepakatan senjata akan diawasi dengan ketat.

Presiden Putin juga diharapkan mengumumkan perjanjian di berbagai sektor termasuk perdagangan, investasi, teknologi dan pendidikan, dua pejabat mengatakan kepada Reuters minggu ini, meskipun hal itu dapat berubah.

Terpisah, Amerika Serikat, salah satu mitra utama Vietnam, yang tahun lalu meningkatkan hubungan diplomatik dan pasar utama ekspor Vietnam, mengkritisi kunjungan Pemimpin Kremlin.

"Tidak ada negara yang boleh memberi Putin platform untuk mempromosikan perang agresinya dan sebaliknya mengizinkannya untuk menormalkan kekejamannya," kata juru bicara Kedutaan Besar AS di Hanoi minggu ini.