Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Hari Selasa, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken telah meyakinkannya, Pemerintahan Presiden Joe Biden sedang berupaya untuk mencabut pembatasan pengiriman senjata ke Israel.

Dalam sebuah pengungkapan langka tentang percakapan diplomatik tingkat tinggi yang biasanya bersifat pribadi, PM Netanyahu mengatakan ketika dia bertemu Menlu Blinken di Israel minggu lalu, dia mengatakan kepadanya "tidak masuk akal" dalam beberapa bulan terakhir Washington "menahan senjata dan amunisi" untuk Israel.

"Israel, sekutu terdekat Amerika, berjuang untuk hidupnya, berperang melawan Iran dan musuh bersama kita lainnya," kata PM Netanyahu, menambahkan Menlu Blinken meyakinkannya, pemerintahan bekerja "siang dan malam" untuk menghilangkan hambatan tersebut, dilansir dari Reuters 19 Juni.

Pemerintahan Presiden Biden pada Bulan Mei menghentikan pengiriman bom seberat 2.000 pon dan 500 pon karena khawatir akan dampaknya di daerah padat penduduk, tetapi Israel tetap akan mendapatkan persenjataan AS senilai miliaran dolar.

Sementara itu, berbicara dalam konferensi pers di Washington, Menlu Blinken berulang kali menolak untuk merinci diskusinya dengan PM Netanyahu atau mengonfirmasi, apakah ia telah memberikan jaminan tersebut kepada pemimpin Israel tersebut.

Ia mengatakan pengiriman senjata, kecuali satu yang berisi bom besar, berjalan seperti biasa mengingat Israel menghadapi ancaman keamanan di luar Gaza, termasuk dari Hizbullah dan Iran.

"Kami, seperti yang Anda ketahui, terus meninjau satu pengiriman yang telah dibicarakan Presiden Biden terkait bom seberat 2.000 pon karena kekhawatiran kami tentang penggunaannya di daerah padat penduduk, seperti Rafah. Itu masih dalam peninjauan," kata Menlu Blinken.

"Tetapi semua hal lainnya berjalan seperti biasanya, dan sekali lagi dengan perspektif untuk memastikan bahwa Israel memiliki apa yang dibutuhkannya untuk mempertahankan diri dari berbagai tantangan ini," tambahnya.

Diketahui, Presiden Biden pada Bulan April memperingatkan Israel, Washington akan berhenti memasok senjata jika pasukan Israel melakukan invasi besar-besaran ke Rafah, kota yang penuh pengungsi di Gaza selatan.

Beberapa hari kemudian, pasukan Israel memulai serangan di Rafah, dengan mengatakan militan Hamas bersembunyi di sana dan menegaskan kembali bahwa melenyapkan Hamas dan membawa kembali sandera adalah tujuan utama Israel.

Washington tidak menggambarkan serangan Israel sebagai operasi militer besar dan karena itu tidak menindaklanjuti ultimatumnya.