Bagikan:

JAKARTA - Kepala HAM PBB mengatakan pada Hari Selasa, warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki Israel dan Yerusalem Timur menderita lingkungan hak asasi manusia yang memburuk drastis, bersamaan dengan "kematian dan penderitaan yang tidak dapat diterima" di Jalur Gaza.

"Situasi di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, memburuk secara drastis," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Turk, dalam sesi pembukaan Dewan Hak Asasi Manusia PBB, melansir Reuters 18 Juni.

Tepi Barat, tempat Otoritas Palestina yang diakui secara internasional menjalankan pemerintahan sendiri yang terbatas di bawah pendudukan Israel, telah mengalami kerusuhan terburuk selama beberapa dekade, bersamaan dengan perang di Jalur Gaza, yang dikuasai oleh Hamas.

Turk mengatakan, sejak dimulainya perang Gaza pada bulan Oktober hingga pertengahan Juni, 528 warga Palestina, 133 di antaranya anak-anak, telah dibunuh oleh pasukan keamanan Israel atau pemukim di Tepi Barat, dalam beberapa kasus menimbulkan "kekhawatiran serius akan pembunuhan yang tidak sah".

Sementara, dua puluh tiga warga Israel tewas di Tepi Barat dan Israel dalam bentrokan atau serangan oleh warga Palestina, katanya.

Di Gaza, Turk mengatakan dia "terkejut oleh pengabaian hak asasi manusia internasional dan hukum humaniter" oleh pihak-pihak yang terlibat dalam perang.

"Serangan gencar Israel di Gaza menyebabkan penderitaan yang luar biasa dan kerusakan yang meluas, dan penolakan serta penghalangan bantuan kemanusiaan yang sewenang-wenang terus berlanjut," papar Turk.

"Israel terus menahan ribuan warga Palestina secara sewenang-wenang. Ini tidak boleh berlanjut," kritiknya.

Dia menambahkan, kelompok bersenjata Palestina terus menyandera, termasuk di daerah berpenduduk, yang membahayakan sandera dan warga sipil.

Terpisah, perwakilan tetap Israel untuk PBB di Jenewa menuduh Turk "sama sekali mengabaikan kekejaman dan kebiadaban terorisme" dalam pidatonya di Dewan Hak Asasi Manusia PBB.

"Permusuhan di Gaza adalah akibat langsung dari terorisme Hamas, puluhan tahun serangan roket dan hasutan terhadap orang-orang Yahudi dan Negara Israel, yang berpuncak pada serangan brutalnya terhadap Israel pada 7 Oktober," kata misi diplomatik tersebut dalam sebuah pernyataan.

Diketahui, kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.

Itu dibalas dengan blokade, serangan udara dan operasi darat oleh Israel. Dalam pengumumannya Hari Selasa, otoritas medis Palestina menyebutkan, jumlah korban tewas warga Palestina di Gaza sejak konflik terbaru pecah telah mencapai 3.372 jiwa. Sementara korban luka-luka mencapai 85.452 orang. Sebagian besar korban anak-anak dan perempuan, dikutip dari WAFA.