Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara militer Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari mengakui Pasukan Pertahanan Israel (IDF) seharusnya bisa lebih jelas dalam menjelaskan pengumuman mereka tentang “jeda taktis” dalam aktivitas militer di sepanjang rute di Gaza selatan untuk memungkinkan distribusi bantuan.

“Kadang-kadang ketika Anda mengatakan jeda taktis, orang mungkin berpikir bahwa kami menghentikan pertempuran di Gaza,” kata Hagari kepada CNN, Senin, 17 Juni.

“Kami seharusnya mengklarifikasi dengan lebih baik bahwa kami berperang di Gaza, bahwa kami berperang di Rafah dan kami menciptakan jalur aman ini, pada saat-saat itu, untuk memastikan distribusi (bantuan) terus berlanjut.”

Hagari mengatakan militer tidak berhenti berperang melawan Hamas dan keputusan itu dibuat oleh militer, bukan pemerintah Israel.

“Kami adalah negara demokrasi, dan kami diperintahkan oleh kabinet dan eselon politik kami, Kementerian Pertahanan, dan begitulah cara kerja IDF,” jelasnya menanggapi pertanyaan Hancocks. “Perintah kami adalah memastikan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Israel bekerja sesuai dengan hukum internasional. Kami akan terus melakukan hal ini, ini yang diperintahkan kabinet kepada kami.”

Pada Minggu, 16 Juni, Kantor Media Pemerintah (GMO) di Gaza membantah “jeda taktis” berlaku di Jalur Gaza selatan.

“Berbicara tentang penghentian perang secara taktis adalah kebohongan Israel,” kata GMO dalam pernyataannya.

⁠”Kami masih menuntut pembukaan perlintasan Rafah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya di Jalur Gaza bagian utara,” imbuhnya,

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkritik rencana yang diumumkan oleh militer untuk mengadakan jeda taktis setiap hari dalam pertempuran di sepanjang salah satu jalan utama menuju Gaza untuk memfasilitasi pengiriman bantuan ke daerah kantong Palestina.

Militer mengumumkan jeda harian mulai pukul 05.00 hingga 16.00 waktu setempat di daerah dari penyeberangan Kerem Shalom hingga Jalan Salah al-Din dan kemudian ke utara.

“Ketika perdana menteri mendengar laporan tentang jeda kemanusiaan selama 11 jam di pagi hari, dia menoleh ke sekretaris militernya dan menjelaskan bahwa hal ini tidak dapat diterima olehnya,” kata seorang pejabat Israel dilansir Reuters, Senin, 17 Juni.

Militer mengklarifikasi operasi normal akan berlanjut di Rafah, fokus utama operasinya di Gaza selatan, di mana delapan tentara tewas pada Sabtu, 15 Juni.

Reaksi Netanyahu menggarisbawahi ketegangan politik mengenai masalah bantuan yang masuk ke Gaza, di mana organisasi internasional telah memperingatkan akan meningkatnya krisis kemanusiaan.