Bagikan:

JAKARTA - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebut pihaknya akan menebar nyamuk wolbachia dalam waktu dekat. Hal ini dilakukan untuk menekan angka kasus demam berdarah dengue (DBD).

"Salah satu upaya untuk pengendalian DBD selain yang selama ini sudah kita lakukan ada PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dan lain-lain. Terkait nyamuk ber-wobalchia, nanti juga menjadi salah satu upaya untuk mengendalikan angka DBD," kata Ani kepada wartawan, Senin, 10 Juni.

Ani menerangkan, sasaran pertama penyebaran nyamuk wolbachia oleh Pemprov DKI di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Selanjutnya, menyebar ke daerah lainnya.

"Saat ini, belum kita mulai, masih persiapan, semuanya siap, termasuk masyarakat siap, baru kita akan melepaskan nyamuk. Kita lagi siapakan terus supaya bisa dilakukan dengan smooth," jelas Ani.

Untuk diketahui, pengendalian DBD dilakukan pertama-tama dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti.

Ketika nyamuk aedes aegypti jantan yang ber-wolbachia kawin dengan nyamuk betina liar tanpa bakteri wolbachia, maka virus dengue yang ada pada nyamuk betina diblok, sehingga telurnya tidak menetas.

Di Indonesia, telur nyamuk jantan yang ber-Wolbachia dan betina dimasukkan di dalam ember yang dititipkan di rumah warga. Lalu nyamuk akan berkembang biak dan menghasilkan populasi nyamuk Aedes aegypti di lingkungan yang berwolbachia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta.

Sejak pertama kali disebar pada tahun 2017, katanya, nyamuk ber-wolbachia telah terbukti mampu menurunkan 77 persen angka kejadian dengue dan 86 persen kejadian masuk rumah sakit.

Menurut pantauan Kemenkes dan dinas kesehatan di Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat, yaitu kota-kota tempat nyamuk ber-wolbachia disebar, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang ada di alam berada di kisaran 20 persen setelah pelepasan.

Angka tersebut, menurut dia, masih berada di bawah persentase nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang idealnya mencapai 60 persen di alam.

"Setelah populasinya mencapai 60 persen, pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia akan ditarik kembali dan hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun, dan seterusnya seperti implementasi yang dilakukan di Kota Yogyakarta," tutur Maxi beberapa waktu lalu.