Bagikan:

JAKARTA - Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat menjadi daerah pertama lokasi penyebaran nyamuk ber-wolbachia oleh Pemprov DKI Jakarta untuk menekan angka kasus demam berdarah dengue (DBD).

Camat Kembangan Joko Sukarno mengaku jumlah kasus DBD terbanyak di Jakarta berada di Kembangan. Sehingga, pemerintah memprioritaskan wilayah dengan penyebaran DBD tertinggi sebagai lokasi pertama penyebaran wolbachia.

"Melalui berbagai sisi asesmen, (Kembangan) termasuk kasus DBD-nya yang tinggi. Sehingga, direkomendasikan Kecamatan Kembangan menjadi pelopor program nyamuk ber-wolbachia," kata Joko kepada wartawan, Selasa, 11 Juni.

Joko menerangkan, pihaknya pun telah melakukan sosialisasi atas penyebaran nyamuk wolbachia dan tujuannya agar dipahami masyarakat.

"Sosialisasi sudah dilaksanakan di 6 kelurahan dari puskesmas," urai Joko.

Untuk diketahui, pengendalian DBD dilakukan pertama-tama dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti.

Ketika nyamuk aedes aegypti jantan yang ber-wolbachia kawin dengan nyamuk betina liar tanpa bakteri wolbachia, maka virus dengue yang ada pada nyamuk betina diblok, sehingga telurnya tidak menetas.

Di Indonesia, telur nyamuk jantan yang ber-Wolbachia dan betina dimasukkan di dalam ember yang dititipkan di rumah warga. Lalu nyamuk akan berkembang biak dan menghasilkan populasi nyamuk Aedes aegypti di lingkungan yang ber wolbachia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta.

Sejak pertama kali disebar pada tahun 2017, katanya, nyamuk ber-wolbachia telah terbukti mampu menurunkan 77 persen angka kejadian dengue dan 86 persen kejadian masuk rumah sakit.

Menurut pantauan Kemenkes dan dinas kesehatan di Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat, yaitu kota-kota tempat nyamuk ber-wolbachia disebar, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang ada di alam berada di kisaran 20 persen setelah pelepasan.

Angka tersebut, menurut dia, masih berada di bawah persentase nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang idealnya mencapai 60 persen di alam.

"Setelah populasinya mencapai 60 persen, pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia akan ditarik kembali dan hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun, dan seterusnya seperti implementasi yang dilakukan di Kota Yogyakarta," tutur Maxi beberapa waktu lalu.