Bagikan:

JAKARTA - Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati menyebut penyebaran nyamuk ber-wolbachia di Jakarta mulai dilakukan pada bulan ini. Jakarta Barat menjadi wilayah pertama penyebaran nyamuk wolbachia.

"Insyaallah september ini kita sedang menyiapkan untuk mulai rilis nyamuk aedes ber-wolbachia yang sebagai bentuk implementasi program kemenkes, karena kita ada di 5 daerah yang secara awal mengimplementasikan nyamuk aedes ber-wolbachia," kata Ani kepada wartawan, Selasa, 3 September.

Kelurahan pertama yang menjadi sasaran penyebaran nyamuk wolbachia yakni Kembangan Utara. Setelah itu, penyebaran lanjutan dilakukan bertahap ke daerah lainnya

"Jadi kita selesaikan Jakarta Barat. Akan ada evaluasi jangka panjang seperti apa. Kita rencana tuntas 60 minggu se Jakarta Barat, tuntas dirilis," ucap Ani.

Masyarakat di Kecamatan Kembangan, lanjut Ani, telah mendapat sosialisasi mengenai kesiapan jelang penyebaran nyamuk wolbachia. Dinkes DKI juga telah melakukan survei dengan hasil 70 persen warga di Kembangan telah mengetahui dan setuju akan hal itu.

"Kita sudah bikin sosialisasi dengan berbagai media, webinar, sosialisasi langsung ke masyarakat. Semuanya sudah dilakukan, termasuk kegiatan PSN, termasuk info tentang aedes ber-wolbachia, terus disampaikan tokoh masyarakat," jelasnya.

Terpisah, Camat Kembangan Joko Sukarno mengaku jumlah kasus DBD terbanyak di Jakarta berada di daerahnya. Sehingga, pemerintah memprioritaskan wilayah dengan penyebaran DBD tertinggi seperti di Kembangan sebagai lokasi pertama penyebaran wolbachia.

"Melalui berbagai sisi asesmen, (Kembangan) termasuk kasus DBD-nya yang tinggi. Sehingga, direkomendasikan Kecamatan Kembangan menjadi pelopor program nyamuk ber-wolbachia," ucap Joko.

Untuk diketahui, pengendalian DBD dilakukan pertama-tama dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti.

Ketika nyamuk aedes aegypti jantan yang ber-wolbachia kawin dengan nyamuk betina liar tanpa bakteri wolbachia, maka virus dengue yang ada pada nyamuk betina diblok, sehingga telurnya tidak menetas.

Di Indonesia, telur nyamuk jantan yang ber-Wolbachia dan betina dimasukkan di dalam ember yang dititipkan di rumah warga. Lalu nyamuk akan berkembang biak dan menghasilkan populasi nyamuk Aedes aegypti di lingkungan yang ber wolbachia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah terbukti efektif menurunkan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta.

Sejak pertama kali disebar pada tahun 2017, katanya, nyamuk ber-wolbachia telah terbukti mampu menurunkan 77 persen angka kejadian dengue dan 86 persen kejadian masuk rumah sakit.

Menurut pantauan Kemenkes dan dinas kesehatan di Semarang, Kupang, Bontang, Bandung, dan Jakarta Barat, yaitu kota-kota tempat nyamuk ber-wolbachia disebar, konsentrasi nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang ada di alam berada di kisaran 20 persen setelah pelepasan.

Angka tersebut, menurut dia, masih berada di bawah persentase nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia yang idealnya mencapai 60 persen di alam.

"Setelah populasinya mencapai 60 persen, pelepasan ember nyamuk ber-wolbachia akan ditarik kembali dan hasil penurunan kasus dengue baru akan mulai terlihat setelah 2 tahun, 4 tahun, 10 tahun, dan seterusnya seperti implementasi yang dilakukan di Kota Yogyakarta," tutur Maxi beberapa waktu lalu.