Bagikan:

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan pemetaan daerah rawan terdampak banjir lahar dingin Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara (Malut).

Kapusdatinkom Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyebut upaya pemetaan tersebut dilakukan untuk memitigasi potensi bencana sekunder yang datang usai erupsi. Gunung Ibu diketahui belum lama ini erupsi.

"Dalam operasi pemetaan itu, tim mengerahkan pesawat nirawak (drone) bernama Wingtra Gen-2 yang memiliki kemampuan pemetaan cepat untuk visual surveilance dan dapat menampilkan tangkapan kejadian secara langsung," kata Abdul Muhari dalam keterangannya, Rabu, 5 Juni.

Dia menjelaskan, drone itu memonitor wilayah permukiman penduduk pada jalur aliran sungai dan kondisi debris flow atau lelehan material lahar yang keluar dari rangkaian aktivitas erupsi Gunung Ibu.

Pada pemetaan tahap pertama, tim menyisir wilayah utara-barat laut Gunungapi Ibu dan berkonsentrasi di Desa Duono. Desa tersebut dilewati jalur hulu sungai yang nantinya bermuara di wilayah pesisir barat.

Pada pemetaan selanjutnya, tim menerbangan pesawat nirawak di atas Desa Togoreba Sungi yang juga dilalui sungai berhulu di wilayah utara-timur laut dan lebih dekat dengan puncak Gunung Ibu. Pemetaan dua wilayah ini dilakukan pada Selasa, 4 Juni.

Lalu pada hari ini, tim melanjutkan misi melihat jalur sungai yang berdekatan dengan permukiman warga di Desa Naga, atau desa terakhir yang paling dekat dengan wilayah hilir.

"Pemetaan area permukiman warga ini menjadi misi pertama tim untuk melihat luas cakupan wilayah, menghitung perkiraan dampak risiko bencana dan menentukan arah evakuasi serta penyelamatan," tuturnya.

Selanjutnya, tim menaikkan elevasi jelajah pesawat nirawak menuju beberapa titik hulu sungai untuk melihat topografinya secara lebih detail.

kemudian, tim akan menaikkan level ketinggian dan area jelajah mendekati mulut kawah dan area timbunan material vulkanik lahar Gunungapi Ibu.

"Misi ini cukup menantang karena kondisi cuaca di lapangan sering berubah-ubah ditambah Gunungapi Ibu masih sering erupsi dalam interval waktu antara 16-30 jam sekali perhari," jelasnya.

Abdul Muhari menguraikan, material lahar yang dimuntahkan Gunung Ibu selama erupsi dan kemudian terjadi penumpukan dapat menjadi ancaman bencana sekunder berupa banjir bandang lahar hujan jika diabaikan.

"Apabila terjadi hujan dengan intensitas tinggi dan terkonsentrasi di wilayah puncak gunung hingga hulu-hulu sungai dalam durasi yang cukup lama, maka potensi terjadinya bencana sekunder itu juga semakin besar," pungkasnya.