Bagikan:

JAKARTA - Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) mengatakan pada Hari Senin, pemindahan paksa akibat serangan Israel, telah menyebabkan lebih dari satu juta orang meninggalkan Kota Rafah.

Kota kecil di tepi selatan Jalur Gaza ini telah melindungi sekitar 1 juta warga Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel di bagian lain wilayah kantong itu, kata kelompok bantuan.

Sejak awal Mei, militer Israel telah melakukan apa yang disebutnya sebagai operasi terbatas di Rafah, untuk membasmi pejuang Hamas dan melenyapkan infrastruktur yang digunakan oleh kelompok militan Palestina yang menguasai Gaza.

Meski militer Israel telah memberi tahu warga sipil untuk pergi ke "zona kemanusiaan yang diperluas" sekitar 20 km (12 mil) jauhnya.

Namun, banyak warga Palestina mengeluh mereka rentan terhadap serangan Israel ke mana pun mereka pergi, telah berpindah-pindah di Jalur Gaza dalam beberapa bulan terakhir.

"Kondisinya tak terlukiskan," kata badan itu, melansir Reuters 3 Juni.

UNRWA mengatakan, ribuan keluarga kini berlindung di fasilitas yang rusak dan hancur di Kota Khan Younis, tempat badan tersebut menyediakan layanan penting meskipun "tantangan semakin meningkat".

Kemarin, UNRWA mengatakan serangan Israrl telah memaksa para pengungsi Palestina untuk meninggalkan semua tempat penampungan yang mereka kelola.

"Akibat operasi Pasukan Israel, ribuan keluarga terpaksa mengungsi," kata UNRWA dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Anadolu.

"Semua dari 36 tempat penampungan UNRWA di Rafah sekarang kosong," lanjut UNRWA.

Sehari sebelumnya, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini juga mengatakan, lebih dari satu juta orang, sebagian besar telah mengungsi beberapa kali, dipaksa meninggalkan Rafah untuk mencari keselamatan.

Lazzarini menambahkan, badan pengungsi PBB harus menghentikan layanan kesehatan dan layanan penting lainnya di Rafah.

"Namun, kami berkomitmen untuk tetap tinggal dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kami sekarang bekerja dari Khan Younis dan daerah tengah di mana 1,7 juta orang tinggal," tandasnya.

Hampir delapan bulan setelah serangan kelompok militan Palestina ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023 yang dibalas dengan blokade dan bombardir oleh Israel, menyebabkan Gaza kini menjadi reruntuhan.

Otoritas kesehatan di Gaza mengumumkan pada Hari Minggu, sekitar 60 orang tewas dan 220 lainnya luka-luka dalam 24 jam terakhir, menyebabkan jumlah korban tewas warga sipil Palestina di wilayah kantong itu menjadi 36.439 jiwa dan 82.627 lainnya luka-luka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak, dikutip dari WAFA.