JAKARTA - Perserikatan Bangsa Bangsa mengecam keras serangan Israel yang mengenai kawasan pengungsi di Rafah, meski Israel Defense Forces (IDF) mengumumkan serangan itu presisi berdasarkan intelijen dan menewaskan komandan senior Hamas.
Puluhan warga sipil tewas, kebanyakan perempuan dan anak-anak, saat serangan Israel menghantam wilayah pengungsi yang sebelumnya dikatakan sebagai zona aman.
Pelapor Khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di wilayah pendudukan Palestina Francesca Albanese pada Hari Senin mengatakan, penembakan yang dilakukan Israel terhadap tenda-tenda pengungsi di Rafah merupakan tantangan terang-terangan terhadap hukum internasional.
"Genosida di Gaza tidak akan berakhir tanpa tekanan dari luar, dan sanksi harus dijatuhkan pada Israel, dengan investasi, perjanjian, perdagangan dan kemitraan dengan Israel harus ditangguhkan," kata Albanese dalam cuitan di X, melansir WAFA 27 Mei.
Pejabat Gaza maupun Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan, wilayah sasaran serangan itu adalah kamp pengungsian yang baru-baru ini didirikan di dekat gudang Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di barat laut Rafah.
UNRWA mengatakan, laporan serangan terhadap keluarga yang mencari perlindungan di Rafah di ujung selatan Jalur Gaza adalah hal yang "mengerikan".
"Informasi dari Rafah tentang serangan lebih lanjut terhadap keluarga yang mencari perlindungan sangatlah mengerikan," tulis UNRWA di X, seperti dikutip dari Reuters.
"Ada laporan mengenai korban massal termasuk anak-anak dan wanita di antara mereka yang terbunuh. Gaza adalah neraka dunia. Gambar-gambar dari tadi malam adalah satu lagi bukti akan hal itu," lanjutnya.
Terpisah, Israel Defense Forces (IDF) mengklaim angkatan udaranya menyerang kompleks Hamas di Rafah dengan amunisi yang presisi dan berdasarkan intelijen yang tepat, menewaskan pejabat senior Hamas.
Mengutip The Times of Israel, serangan itu terjadi di lingkungan Tel Al-Sultan di Rafah barat. IDF mengklaim serangannya menghantam kompleks Hamas di Rafah, menewaskan komandan markas besar Hamas di Tepi Barat Yassin Rabia, serta anggota senior Khaled Najjar.
Rabia, menurut IDF, "mengelola seluruh jajaran militer di markas besar Tepi Barat, terlibat dalam transfer dana untuk tujuan teror dan mengarahkan serangan oleh agen Hamas” di Tepi Barat. IDF juga mengatakan Rabia sendiri melakukan beberapa serangan mematikan, pada tahun 2001 dan 2002, menewaskan tentara Israel.
Sementara, Najjar terlibat dalam mengarahkan serangan penembakan dan kegiatan teror lainnya di Tepi Barat, serta juga terlibat dalam menyalurkan dana ke operasi Hamas, kata militer.
Najjar juga dikatakan melakukan beberapa serangan antara tahun 2001 dan 2003, menurut IDF, menewaskan warga sipil dan membunuh serta melukai tentara.
BACA JUGA:
Terpisah, IDF mengatakan mereka sadar bahwa serangan dan kebakaran yang dipicu oleh serangan tersebut menimbulkan korban sipil. Dikatakan, pihaknya melakukan penyelidikan.
"IDF mengetahui laporan yang menunjukkan bahwa akibat serangan dan kebakaran yang terjadi, beberapa warga sipil di daerah tersebut terluka. Insiden tersebut sedang ditinjau," kata IDF.
IDF menyebut, markas besar Tepi Barat adalah unit Hamas yang bertugas melancarkan serangan terhadap Israel dari atau di Tepi Barat.