Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Mustafa mengatakan pada Hari Minggu, pengakuan Spanyol, Irlandia dan Norwegia atas negara Palestina akan mendorong negara-negara Eropa lainnya untuk melakukan hal yang sama.

Bicara dari Brussels, Belgia untuk menghadiri pertemuan dengan donor internasional, PM Mustafa mengatakan bersyukur ketiga negara eropa itu telah secara efektif bergabung dengan 143 negara lain, mendukung upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh PBB dalam sebuah resolusi pada awal Mei.

"Kami jelas ingin setiap negara di Eropa melakukan hal yang sama," katanya pada konferensi pers di Brussels bersama Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares, dilansir dari Reuters 27 Mei.

"Jadi, sekali lagi semoga ini menjadi sumber dorongan bagi negara-negara ini untuk mengambil langkah berani yang diperlukan," lanjutnya.

Konflik Timur Tengah telah memunculkan perbedaan pandangan di Uni Eropa. Beberapa diplomat Uni Eropa mengatakan, ini bukan saat yang tepat untuk mengakui negara Palestina.

Namun, PM Mustafa mengatakan pengakuan saat ini sangat penting untuk menjaga proses perdamaian tetap berjalan.

PM Mustafa juga mengatakan, dia akan menjelaskan kepada mitra internasional tiga prioritas otoritasnya, mendukung rakyat Gaza, termasuk memulihkan layanan dasar, membangun institusi negara dan menstabilkan situasi keuangan.

Sementara itu, Menlu Albares mengatakan negara-negara Eropa lainnya sedang mempertimbangkan hal ini, termasuk Slovenia yang telah memulai proses tersebut.

"Saya menyampaikan komitmen kuat Spanyol terhadap solusi dua negara dan perdamaian kawasan. Itulah sebabnya Spanyol akan mengakui Negara Palestina pada Hari Selasa," cuit Menlu Albares di media sosial X.

Pekan lalu, Spanyol, Irlandia dan Norwegia mengatakan mereka akan secara resmi mengakui negara Palestina pada Hari Selasa besok untuk membantu menghentikan serangan Israel di Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, menghidupkan kembali perundingan perdamaian yang terhenti satu dekade lalu.

Di sisi lain, Israel menyebut rencana pengakuan negara Palestina sebagai "hadiah bagi terorisme", mengkritik keras dengan menarik duta besarnya dari Irlandia dan Norwegia pekan lalu.