Bagikan:

JAKARTA - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, berupaya mengembalikan ekosistem monyet ekor panjang supaya tidak mengganggu ladang pertanian dan masuk ke permukiman masyarakat.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DIY Harry Sukmono di Gunungkidul mengatakan, di beberapa kapanewon (kecamatan), monyet ekor panjang mulai memasuki perkampungan dan ladang milik petani.

"Mengatasi serangan monyet ekor panjang perlu kolaborasi untuk mengembalikan ekosistem habitat," kata Harry, Minggu, 2 Juni.

Seperti diketahui, di Padukuhan Nongkosingit, Kalurahan Dadapayu, terjadi konflik manusia dan monyet ekor panjang (MEP) hingga meresahkan warga.

Kemunculan MEP terjadi pada pagi sekitar 09.00 WIB sampai 10.00 WIB, dan sore hari sekitar pukul 15.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.

Saat musim hujan, monyet di ladang, sementara saat musim kemarau masuk rumah warga.

Harry mengatakan, penanganan MEP harus dilakukan bersama sama dan bersinergi untuk mengembalikan lagi habitat ekosistem MEP, antara lain dengan menanam bibit tanaman yang bisa menghasilkan pakan MEP yang tidak bisa dikonsumsi manusia.

"Selanjutnya, menanam tanaman untuk menciptakan ekosistem habitat MEP agar tidak masuk ke ladang/lahan pertanian dan permukiman penduduk," katanya.

Sementara itu, salah seorang warga Nongkosingit Sigit Wahyu mengatakan, seminggu terakhir beberapa ekor monyet turun sampai ke permukiman.

Ia menjelaskan, setiap hari dirinya dan warga lainnya menyiapkan ketapel untuk mengusir monyet. Warga sekitar resah dengan kemunculan MEP ini karena masuk ke permukiman, bahkan sampai masuk ke dalam rumah.

"Sempat masuk rumah, tetapi belum mengambil apa-apa langsung diusir. Tapi kalau perempuan yang mengusir, malah seperti mengejek," katanya.

Sigit mengatakan, monyet biasanya mengambil buah yang ada di sekitar pekarangan seperti pisang, pepaya, hingga ketela pohon. Sejak 5 tahun terakhir, monyet masuk ke pemukiman warga.

Menurut cerita turun temurun warga sekitar, MEP yang masuk ke permukiman itu yang dijauhi rombongan atau koloninya.

"Kalau ditembak tidak berani, paling hanya diusir. Sempat dibuatkan orang-orangan sawah malah dibuat mainan," katanya.