JAKARTA - Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) Hardiyanto Kenneth menyayangkan adanya kejadian pengunjung Tebet Eco Park di Jakarta Selatan tertimpa pohon tumbang saat berekreasi.
Menurutnya, hal tersebut tidak akan terjadi jika Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distamhut) Provinsi Jakarta secara rutin melakukan pemeliharaan pohon di sejumlah taman di Jakarta, khususnya di Tebet Eco Park yang memiliki luas 7,3 hektare tersebut.
"Saya minta kepada Distamhut Provinsi Jakarta agar bisa lebih memperhatikan dan melakukan pemeliharaan secara intensif di Tebet Eco Park. baik pohon dan juga fasilitas di sana," kata Kenneth dalam keterangannya, Rabu 29 Mei.
Pengunjung yang menjadi korban merupakan wanita berinisial NA (28) asal Jakarta Timu (Jaktim). Usai tertimpa pohon pada Jumat 24 Mei, korban langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapat perawatan.
Pohon yang tumbang di Tebet Eco Park diketahui memiliki diameter batang kira-kira 60 sentimeter. Letaknya berada di dekat taman bermain anak-anak. Saat kejadian tidak ada angin kencang, pohon roboh diduga karena faktor usia.
Selain pemeliharaan, pria karib disapa Bang Kent yang menampung keluhan pengunjung itu mengatakan, kondisi fasilitas hingga kebersihan di Tebet Eco Park kurang terjaga. Salah satunya, kata dia, saluran air yang melintas di tengah Tebet Eco Park yang menimbulkan bau tak sedap, sehingga mengganggu kenyamanan pengunjung.
"Setelah saya cek di lokasi, rupanya saluran air di Tebet Eco Park itu menampung alıran air darimana saja, baik limbah dari rumah warga dan saluran air umum, ya wajarlah menjadi berbau, kalau tidak perhatikan dan di maintenance. Seharusnya ada perawatan yang rutin untuk membersihkan saluran air disana karena masalah ini sudah pernah di keluhkan pada tahun 2022 silam, tetapi masih tetap tidak ada perbaikan dan penyelesaian sampai hari ini," bebernya.
Selain itu, pengunjung Tebet Eco Park juga mengeluhkan fasilitas yang tak pernah kunjung diperbaiki, seperti jembatan gantung. Hal itu cukup menyusahkan pengunjung yang harus memutar cukup jauh. Serta beberapa lampu taman yang sudah rusak atau tidak menyala.
"Pengunjung juga mengeluhkan fasilitas jembatan gantung yang diperbaiki sudah sekian lama, tetapi tidak kunjung selesai, sampai sekarang di lokasi tersebut saya lihat masih terpasang rantai dan spanduk yang tertulis masih dalam proses pemeliharaan, akibatnya masyarakat tidak bisa menggunakan fasilitas jembatan gantung ini dan akhirnya membuat pengunjung yang hendak menyebrang harus memutar cukup jauh sekali, ini kan menurut saya cukup menyusahkan pengunjung yah. Kemudian saya melihat juga ada beberapa lampu taman yang sudah mati tetapi tidak di perbaiki, jadi kalau malam hari terlihat agak remang remang, menurut saya kondisi seperti ini rawan akan penyalah gunaan fungsi taman ini. dengan adanya kondisi ini menjadi salah satu bukti konkrit ketidak seriusan Pemprov dalam mengelola dan memelihara asetnya," tutur Kent.
BACA JUGA:
Padahal, kata dia, revitalisasi Tebet Eco Park pada 2021 telah menelan anggaran Rp40 miliar. Namun, kenyataannya tidak ada perubahan yang signifikan terkait perawatan pohon maupun terkait fasilitas yang ada di taman tersebut.
Di satu sisi, taman itu sepatutnya terawat lantaran pernah mendapat penghargaan internasional seperti Design of The Year di President’s Design Award 2023 Singapura, dan Gold Award pada Singapore Landscape Architecture Awards.
"Jangan hanya niat membangun membangun saja, tapi enggak bisa menjaga dan memelihara. Kalau cara nya seperti ini, ya wajar saja banyak taman kita yang diselewengkan dan dipergunakan tidak semestinya oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, seperti salah satu contoh adalah kejadian di Taman Tubagus Angke, jakarta barat yang di selewengkan untuk kegiatan prostitusi, akibat dari Pemprov DKI yang kurang melakukan pengawasan dalam memelihara dan menjaga aset sendiri. Tebet Eco Park itu salah satu taman yang iconic dan andalan kota Jakarta, menjadi salah satu paru-paru kota yang mengusung konsep ekologi, sosial, edukasi dan rekreasi tetapi pada kenyataannya, jauh panggang dari api, sangat minim sekali pemeliharaan," ujar Kent.
Menurutnya, Pemprov Jakarta selalu bertindak jika sudah ada kejadian, yang seharusnya bisa diantisipasi secara dini seperti contoh adanya kejadian pohon tumbang yang menimpa masyarakat. Jadi hal tersebut membuktikan jika Pemprov Jakarta telah abai terhadap keselamatan masyarakat pengguna taman tersebut.
"Jangan selalu sudah ada kejadian baru bertindak. Seperti yang terjadi baru baru ini, yang terjadi pada hari Jumat kemarin, kejadian pohon tumbang menimpa seorang ibu akibat ingin menyelamatkan anaknya, dan pohon tersebut saya lihat sekarang memang sudah di tebang, tetapi hasil kerjanya tidak tuntas dan akar pohon tersebut masih bisa membahayakan pengunjung Taman Ecopark, saya juga melihat tidak ada rambu-rambu petunjuk bahaya yang di pasang di sekitarannya. Seharusnya mereka bisa mengantisipasi secara dini agar kejadian-kejadian serupa tidak terulang lagi di kemudian hari, jadi intinya harus ada evaluasi secara menyeluruh dan perhatian secara khusus dan serius terkait pengelolaan serta pemeliharaan taman taman yang terdapat di Jakarta, kemudian Distamhut juga harus melakukan perawatan secara berkala, baik di rawat 3 bulan sekali, atau 6 bulan sekali yang di lakukan terhadap pohon pohon yang ada di seluruh taman maupun di badan jalan, harus tuntas kerjanya biar di kemudian hari tidak muncul lagi kejadian kejadian yang merugikan," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) DPD PDIP Jakarta itu.
Seperti diketahui, Tebet Eco Park dulunya hanya dikenal sebagai taman yang biasa bahkan nyaris tidak terurus sehingga warga tidak tertarik untuk rekreasi di taman itu. Terletak di Jaksel, taman yang sebelumnya bernama Taman Tebet atau Taman Honda ini mulai direvitalisasi oleh Dinas Pertamanan dan Hutan Kota (Distanhut) DKI Jakarta sejak 2021, dan diresmikan oleh Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta kala itu pada 23 April 2022.