JAKARTA - Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta mencatat sebanyak 7.243 pendatang baru masuk Jakarta satu bulan setelah hari raya Idulfitri 1445 H atau periode 16 April hingga 15 Mei 2024.
"Sebanyak 20,90 persen atau 1.484 orang tercatat belum atau tidak bekerja," kata Kepala Dinas Dukcapil DKI Jakarta Budi Awaluddin dalam keterangannya, Kamis, 16 Mei.
Kategori pendatang Jakarta pada tahun ini didominasi pelajar atau mahasiswa dengan proporsi 26,66 persen, disusul oleh pekerja perusahaan swasta sebesar 21,13 persen.
Lalu, 13,59 persen pendatang Jakarta memiliki pekerjaan sebagai pengurus rumah tangga, 10,72 persen wiraswasta, 2,89 persen buruh harian lepas, dan yang lainnya.
Sementara itu, mayoritas atau sebanyak 84,12 persen pendatang memiliki pendidikan akhir SLTA ke bawah dan 15,88 persen atau sisanya mengenyam pendidikan terakhir lebih tinggi dari SLTA.
"Pendatang (masuk Jakarta tahun ini) dengan asumsi berpenghasilan rendah sebesar 57,24 persen dan asumsi berpenghasilan tidak rendah 42,76 persen," ujar Budi.
Paling banyak, pendatang baru di Jakarta sebulan terakhir berasal dari daerah penyangga Jabodetabek.
Di antaranya, Kota Bekasi dengan proporsi 366 orang. Lalu, Kabupaten Bogor 274 orang, Kota Depok 257 orang, Kota Tangerang 245 orang, Kabupaten Bekasi 186 orang, Kabupaten Tangerang 131 orang, dan sisanya dari daerah lain.
BACA JUGA:
Di sisi lain, Budi mewanti-wanti para perantau yang datang dengan tujuan mengadu nasib ke Jakarta setelah lebaran.
Mengingat, dalam pendataan Pemprov DKI, 80 persen perantau masuk Jakarta selama 4 tahun terakhir merupakan penduduk dengan pendidikan terakhir SMA ke bawah. Lalu, 40 persennya berpenghasilan rendah.
Sementara itu, diperkirakan pendatang baru masuk Jakarta pada tahun ini sebanyak 15 ribu hingga 20 ribu orang. Mayoritas, mereka adalah sanak saudara dari warga Jakarta yang ikut saat balik mudik setelah lebaran.
"Dari tahun ke tahun, Jakarta menjadi pusat urbanisasi, mulai dari mencari peruntungan di wilayah. Namun, ketika datang ke Jakarta, kadang tak seberuntung yang sering didengar," urainya.