Bagikan:

JAKARTA - Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) DKI Jakarta mencatat sebanyak 7.243 pendatang baru masuk Jakarta selama satu bulan setelah hari raya Idulfitri 1445 H atau periode 16 April hingga 15 Mei 2024.

Kepala Disdukcapil DKI Jakarta Hari Nugroho menyebut angka ini menurun dibanding prediksi mereka. Sebelumnya, Disdukcapil DKI Jakarta memprediksi jumlah pendatang baru yang masuk ke Jakarta usai lebaran sekitar 10 ribu hingga 15 ribu orang.

Budi menilai, penurunan jumlah pendatang baru ke Jakarta terjadi karena meningkatnya pembangunan di luar daerah, terutama wilayah penyangga yang berada dalam satu kawasan aglomerasi Jabodetabek.

"Tentu ini hal yang positif, selain juga sudah ada pemerataan pembangunan di kota-kota satelit, Bodetabek," kata Budi dalam pesan singkat, Kamis, 16 Mei.

Tren jumlah pendatang sebulan pascalebaran pada tahun ini menurun dari empat tahun terakhir. Pada tahun 2020, jumlah pendatang baru mencapai 24.043 orang.

Lalu pada 2021, jumlah pendatang sebanyak 20.046 orang. Angka pendatang sempat meningkat pada tahun 2022 sebanyak 27.478. Lalu, pada tahun 2023, pendatang masuk Jakarta sebanyak 25.918 orang.

Paling banyak, pendatang baru di Jakarta sebulan terakhir berasal dari daerah penyangga Jabodetabek.

Di antaranya, Kota Bekasi dengan proporsi 366 orang. Lalu, Kabupaten Bogor 274 orang, Kota Depok 257 orang, Kota Tangerang 245 orang, Kabupaten Bekasi 186 orang, Kabupaten Tangerang 131 orang, dan sisanya dari daerah lain.

 

Kategori pendatang Jakarta pada tahun ini didominasi pelajar atau mahasiswa dengan proporsi 26,66 persen, disusul oleh pekerja perusahaan swasta sebesar 21,13 persen.

Lalu, 13,59 persen pendatang Jakarta memiliki pekerjaan sebagai pengurus rumah tangga, 10,72 persen wiraswasta, 2,89 persen buruh harian lepas, dan yang lainnya.

"Sementara, sebanyak 20,90 persen atau 1.484 orang tercatat belum atau tidak bekerja," ujar Budi.

Lebih lanjut, mayoritas atau sebanyak 84,12 persen pendatang memiliki pendidikan akhir SLTA ke bawah dan 15,88 persen atau sisanya mengenyam pendidikan terakhir lebih tinggi dari SLTA.

"Pendatang (masuk Jakarta tahun ini) dengan asumsi berpenghasilan rendah sebesar 57,24 persen dan asumsi berpenghasilan tidak rendah 42,76 persen," pungkas Budi.