Bagikan:

JAKARTA - Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono melakukan groundbreaking pembangunan fasilitas pengolahan sampah refuse derived fuel (RDF) plant di Rorotan, Jakarta Utara.

RDF Plant Rorotan menjadi fasilitas pengolahan sampah menjadi energi setingkat batu bara yang kedua kalinya dibangun Pemprov DKI. RDF plant pertama dibangun di TPST Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, dan kini telah beroperasi.

"Ini adalah yang terbesar di Indonesia. Bisa mengolah 2 500 ton sampah per hari dan menghasilkan 800 ton (olahan sampah) RDF. Ini adalah bagian yang terkecil, upaya pemda auntuk mengendalikan sampah," kata Heru di lokasi, Senin, 13 Mei.

Dalam proses pembangunannya, Pemprov DKI menghabiskan dana Rp1,28 triliun yang bersumber dari APBD. Targetnya, pengerjaan konstruksi akan selesai pada Desember 2024, lalu beroperasi pada 2025.

RDF Plant Rorotan dibangun di atas tanah milik Pemprov DKI Jakarta seluas 7,87 hektar yang berlokasi di Kelurahan Rorotan, Kecamatan Cilincing.

Sejatinya, sejak lama Pemprov DKI merencanakan pembangunan fasilitas pengolahan sampah menjadi tenaga listrik, yakni internediate treatment facility (ITF) di kawasan Sunter.

Namun, pembangunannya mangkrak dan Pemprov beralih membangun RDF plant. Heru menjelaskan, jika membangun ITF, pemerintah memiliki tanggung jawab biaya pengelolaan sampah atau tipping fee kepada mitra swasta yang mencapai triliunan rupiah per tahun.

"Banyak teknologi lainnya yang bisa juga diterapkan di DKI Jakarta, tetapi sebisa mungkin Pemprov DKI menghindari tipping fee," tegasnya.

Melanjutkan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Asep Kuswanto menambahkan, setelah pembangunan RDF Plant Rorotan ini selesai, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pengangkutan sampah di dalam kota.

“Dari 16 kecamatan wilayah layanan yang semula seluruhnya menuju TPST Bantargebang, setelah pembangunan ini selesai, nantinya akan diangkut dan langsung diolah di fasilitas ini,” tuturnya.

Ia menjelaskan, RDF Plant Jakarta ini menjadi proyek kedua Pemprov DKI Jakarta dalam mengolah sampah menjadi bahan bakar alternatif atau RDF.

Sebelumnya, juga telah dibangun fasilitas serupa di TPST Bantargebang yang sudah beroperasi sejak tahun 2023 lalu. RDF adalah bahan bakar alternatif yang diproses dari hasil pengolahan sampah dengan nilai kalor RDF setara batubara muda.

"Kalau kita rata-rata, sampah Jakarta itu 7.500 ton per hari. Dari 7.500 ton ini, bisa masuk di sini 2500 ton. Maka 30 persen sampah Jakarta bisa terolah di sini. Ini mudah-mudahan akan juga mengurangi ketergantungan kita terhadap TPST Bantargebang," urai Asep.