JAKARTA - Vladimir Putin mengatakan Rusia akan mewujudkan semua hal yang telah direncanakan dan tidak menutup pintu dialog dengan Barat, saat Ia dilantik sebagai Presiden Rusia untuk masa jabatan kelima pada Hari Selasa.
Pelantikan ini menandai dimulainya masa jabatan enam tahun Putin, yang memenangi 87,28 persen suara dalam pemilihan presiden yang diadakan pada Maret lalu.
Presiden Putin mengatakan kepada elite politik Rusia setelah disumpah, Ia tidak menutup dialog dengan negara-negara Barat. Namun, negara-negara Barat harus membuat pilihan sendiri mengenai cara berinteraksi dengan negaranya.
Dia mengatakan, perundingan mengenai stabilitas nuklir strategis dengan Barat juga mungkin dilakukan, namun hanya dengan syarat setara.
"Kita adalah bangsa yang bersatu dan hebat dan bersama-sama kita akan mengatasi semua rintangan, kita akan mewujudkan semua yang telah kita rencanakan. Bersama-sama kita akan menang," kata Presiden Putin, melansir Reuters 7 Mei.
Terpisah, Sergei Chemezov, sekutu dekat Presiden Putin mengatakan kepada Reuters sebelum upacara tersebut, Presiden Putin membawa stabilitas, sesuatu yang bahkan harus disambut baik oleh para pengkritiknya.
"Bagi Rusia, ini adalah kelanjutan dari jalan kami, ini adalah stabilitas – Anda dapat bertanya kepada warga mana pun yang berada di jalan," kata Chemezov.
"Presiden Putin terpilih kembali dan akan melanjutkan jalannya, meskipun Barat mungkin tidak menyukainya. Namun mereka akan memahami Putin adalah stabilitas bagi Rusia, bukan semacam orang baru yang datang dengan kebijakan baru, baik kerja sama atau konfrontasi," tandasnya.
BACA JUGA:
Amerika Serikat, yang mengatakan mereka tidak menganggap pemilihan ulangnya berlangsung bebas dan adil, tidak menghadiri upacara pelantikan pada Selasa.
Inggris, Kanada dan sebagian besar negara Uni Eropa juga memutuskan untuk memboikot pengambilan sumpah tersebut, namun Prancis mengatakan akan mengirimkan duta besarnya.
Sedangkan Ukraina mengatakan acara tersebut bertujuan untuk menciptakan "ilusi legalitas bagi seseorang yang berkuasa hampir seumur hidup, yang telah mengubah Federasi Rusia menjadi negara agresor dan rezim yang berkuasa menjadi negara diktator".