Bagikan:

JAKARTA - Perintah Israel untuk merelokasi warga Palestina dari Rafah tidak manusiawi dan berisiko membuat mereka menghadapi bahaya serta penderitaan lebih lanjut, kata Kepala Hak Asasi Manusia PBB pada Hari Senin, memperingatkan tindakan semacam itu terkadang dapat dianggap sebagai kejahatan perang.

Israel melakukan serangan udara di Rafah pada Hari Senin, memerintahkan warga Palestina untuk keluar dari beberapa bagian kota di selatan Gaza itu, di mana lebih dari satu juta orang yang terusir dari rumah mereka akibat perang selama tujuh bulan berlindung di tenda-tenda dan sekolah-sekolah yang penuh sesak.

"Warga Gaza terus dihantam bom, penyakit, dan bahkan kelaparan. Dan hari ini, mereka diberitahu bahwa mereka harus pindah lagi karena operasi militer Israel di Rafah semakin meningkat," ujar Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Volker Türk, dilansir dari Reuters 7 Mei.

"Ini tidak manusiawi," tegasnya.

Serangan Israel telah meratakan sebagian besar wilayah Jalur Gaza, sehingga tidak ada lokasi di luar Rafah yang memiliki infrastruktur dan sumber daya untuk menampung mereka yang saat ini berlindung di sana, demikian pernyataan Kantor Hak Asasi Manusia PBB.

Memerintahkan pemindahan warga sipil dilarang oleh hukum humaniter internasional, tambah pernyataan itu, dengan hanya beberapa pengecualian yang tunduk pada persyaratan hukum yang ketat.

Jika persyaratan tersebut tidak dipenuhi, tindakan tersebut dapat dianggap sebagai kejahatan perang berupa pemindahan paksa, demikian pernyataan tersebut.

Sebelumnya, Direktur Urusan UNRWA di Gaza Scott Anderson mengatakan pada Hari Senin, daerah yang baru diperluas di Al-Mawasi, tempat militer Israel mengarahkan ribuan orang dari Rafah timur untuk mengungsi, tidak "cukup layak" untuk dihuni.

Berbicara dari Rafah, Anderson menggambarkan pesisir barat Gaza sebagai "daerah berpasir" dengan "banyak pantai."

"Ini benar-benar bukan tempat yang cocok bagi orang untuk mendirikan tenda dan bisa duduk dan mencoba hidup serta memenuhi kebutuhan dasar mereka setiap hari," katanya kepada CNN.

"Saya tahu mereka memperluas wilayahnya baru-baru ini, tapi sebagian besar berada di Khan Younis dan kami masih berusaha memulihkannya dari operasi yang terjadi di sana," lanjutnya.

Anderson mengatakan, perintah evakuasi Israel dapat berdampak pada sekitar 100.000 orang dari lebih dari satu juta orang yang saat ini berada di Rafah, lebih dari setengahnya adalah anak-anak.

Ia mengatakan, sebagian warga yang akan terkena dampak evakuasi sudah empat atau lima kali berpindah lokasi mengungsi.